Sektor properti diramal bertumbuh pada tahun ini. Optimisme sektor tersebut ditandai dengan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2023 yang tumbuh sebesar 1,96% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang naik 1,92% (yoy).

Seiring dengan optimisme tersebut, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menargetkan prapenjualan sebesar Rp 9,50 triliun pada 2024. Sebelumnya pada 2023, BSDE mencatatkan realisasi penjualan sebesar Rp 9,50 triliun yang melampaui target prapenjualan sebesar Rp 8,80 triliun.

Direktur Bumi Serpong Damai, Hermawan Wijaya mengatakan bahwa BSDE yakin bahwa strategi inovasi produk Sinar Mas Land selalu memperhatikan tren dan kebutuhan konsumen. Menghadapi tahun 2024, kondisi ekonomi dapat memengaruhi pertimbangan masyarakat untuk membeli rumah maupun investasi di sektor properti. 

Tak hanya itu, BSDE merancang strategi bisnis yang efektif dengan berfokus pada kemitraan strategis serta pengembangan produk dan jasa yang inovatif. Pada saat yang sama, diversifikasi portofolio produk dan ekspansi geografis, dan didukung oleh cadangan lahan yang luas, menjadi pendorong positif bagi pertumbuhan BSDE.

“Merujuk dari hasil kinerja perusahaan, kami sangat optimistis bahwa tahun ini industri properti akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air,” kata Hermawan, dalam keterangan resmi, Kamis (1/2).

Demi mencapai target penjualan 2024, Sinar Mas Land merencanakan harga unit properti kelas menengah dan menengah atas tetap menjadi pilihan utama calon pembeli properti, baik untuk tujuan residensial maupun komersial. Pada tahun ini, BSDE juga akan menghadirkan produk-produk baru dengan harga mulai dari Rp 1 miliar hingga 30 miliar per unit untuk rumah tapak mulai segmen menengah hingga premium. 

Tak hanya itu, hal tersebut juga mencangkup produk komersial seperti ruko, apartemen atau kondominium, dan kavling lahan komersial yang dijual kepada perusahaan joint venture. Beberapa produk properti dengan kategori premium yang mendapat sambutan baik pada tahun 2023 adalah Nava Park dan Enchante.

Menurut Pengamat Properti Anton Sitorus, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi dan insentif untuk menjaga pertumbuhan industri properti. Salah satunya adalah kebijakan insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah baru, termasuk rumah tapak dan apartemen siap huni, yang diberlakukan mulai November 2023 hingga Desember 2024. Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan positif bagi pertumbuhan sektor properti dan menjadi salah satu pendorong utama yang menjaga industri properti tetap berkembang.

“Pertumbuhan properti tahun ini akan diwarnai oleh tren-tren baru yang beradaptasi dengan dinamika pasar,” kata Anton.

Tak hanya itu, Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2024 akan mencapai 4,7 - 5,5%. Tak hanya itu diproyeksikan akan terus meningkat hingga 5,6% pada 2025 mendatang. Proyeksi ini mencakup pula potensi sektor properti nasional yang diprediksi akan tetap berada pada grafik yang bertumbuh. 

Dalam menghadapi 2024, Anton mengatakan ada beberapa tren yang diperkirakan akan berdampak signifikan pada pasar properti. Generasi milenial diantisipasi akan tetap menjadi segmen pasar terbesar dalam industri properti hingga 2045. Sementara itu, pertumbuhan jumlah Ultra High Net Worth Individuals (UHNWI) di Indonesia dan perkembangan industri kesejahteraan (wellness) dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi tren pertumbuhan dalam industri properti di Indonesia.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila