Emiten pertambangan batu bara, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 36,01 juta atau setara Rp 560,84 miliar (kurs Rp15.574 per dolar AS). Laba tersebut meningkat sebanyak 35% dari periode tahun 2022 yakni sebanyak US$ 28,63 juta atau Rp 446,13 miliar.
Selain itu, pendapatan DOID juga meningkat sebanyak 18% menjadi US$ 1,83 miliar atau senilai Rp 28,55 triliun sepanjang 2023, dari sebelumnya membukukan US$ 1,55 miliar atau Rp 24,19 triliun pada 2022.
Secara rinci, pendapatan tersebut ditopang oleh pihak ketiga sebanyak US$ 1,83 miliar dan pihak berelasi US$ 2,14 juta. Kemudian rincian pelanggan yang memiliki transaksi lebih dari 10%, yakni PT Berau Coal senilai US$ 458,54 juta atau naik 25% dari 2022, PT Indonesia Pratama US$ 344,46 atau 19%, PT Adaro Indonesia senilai US$ 219,35 atau meningkat 12%, dan BM Alliance Coal Operations Pty Ltd sebanyak US$ 204,44 juta atau tumbuh 11%.
Manajemen Delta Dunia Makmur menyampaikan capaian kinerja itu dipicu oleh rekor pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal yang meningkat sebesar 14% year on year (yoy), dan volume produksi di Indonesia naik 10% yoy, dan Australia naik 28% yoy.
“Hal ini didukung oleh peningkatan signifikan dari keberhasilan memperoleh sejumlah kontrak, termasuk tambang Saraji dan Burton milik BMA (BHP dan Mitsubishi Alliance) di Australia,” tulis manajemen dalam keterangan resminya, Kamis (14/3).
Tak hanya itu, manajemen juga menjelaskan kinerja tersebut oleh keberhasilan sebab DOID memperoleh sejumlah kontrak baru. Di antaranya pencapaian rekor overburden removal, strategi manajemen biaya yang aktif, dan peningkatan diversifikasi ke batu bara metalurgi yang kini menyumbang 19% dari pendapatan.
Di samping itu, Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri mengatakan transformasi strategis bauran produk perusahaan sebagai respons terhadap perubahan global menuju ekonomi rendah karbon. Dia menjelaskan, dalam menghadapi penurunan permintaan batu bara termal, perusahaan memanfaatkan permintaan untuk batu bara metalurgi, yang tetap menjadi bahan utama untuk produksi baja. Transisi ini telah direncanakan dengan baik dan merupakan dasar dari strategi diversifikasi perusahaan.
“Batu bara metalurgi dan infrastruktur saat ini mewakilkan 19% dari pendapatan kami, mengarahkan kami pada tujuan kami mengurangi ketergantungan pada batu bara termal menjadi 50% pada tahun 2028,” kata Dian.
Dengan demikian, sepanjang 2023 arus kas operasional meningkat sebesar 91% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai jumlah sebesar USD 376 juta. Hal ini menyebabkan posisi kas yang kuat sebesar US$ 543 juta, yang akan digunakan untuk mendukung bisnis DOID serta mendorong pertumbuhan di masa depan melalui akuisisi.
Belanja modal turun 20% yoy, menjadi US$ 121 juta. Penurunan ini disebabkan oleh keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia, sesuai dengan target 2023 sebesar US$ 105 juta hingga US$ 145 juta.