Kurs Rupiah Terpukul Paling Dalam di Asia, Apa yang Terjadi?

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/hp.
13/3/2020, 18.22 WIB

Walaupun ia menyatakan masih ada catatan penting bagi pemerintah yaitu dalam soal penanganan kesehatan terkait wabah. Sebelumnya, Ekonom sekaligus mantan Direktur Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Fauzi Ichsan mengisyaratkan bahwa dalam kondisi tingginya kekhawatiran akan wabah corona seperti saat ini kebijakan ekonomi saja memang tidak cukup.

“Mau seberapa murah rate hotel dan airlines kalau pelancong enggak mau pergi ya percuma lah. Ini bukan semata-mata seberapa besar pemerintah memberi insentif tapi bagaimana pemerintah bisa membatasi penyebaran wabah,” kata dia.

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia bersama pemerintah negara lain harus bersama-sama mengatasi masalah wabah ini guna menaikkan kembali kepercayaan pelaku ekonomi. "Isu medis ini bukan semata-mata tugas pemerintah Indonesia tapi pemerintah negara lain juga," ujarnya. 

Mengutip pernyataan Ekonom Senior Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri, “Virus membuat kebijakan ekonomi tumpul.”

Ke mana Larinya Dana Asing?

Beberapa aset menjadi tempat pelarian aman bagi para investor di tengah kekhawatiran yang masih tinggi. Aset yang dimaksud yaitu yen Jepang, obligasi pemerintah AS alias US Treasury, dan emas.

Berdasarkan data Bloomberg, yen Jepang menguat 3,53% dalam sebulan ini. Sedangkan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sempat jatuh ke level terendahnya sepanjang masa 0,5% beberapa hari lalu seiring tingginya permintaan. Meskipun, imbal hasil telah berangsur naik ke atas 1%.

Sedangkan harga emas dunia di pasar spot tercatat sempat menembus harga US$ 1.700 per ounce, level tertinggi dalam tujuh tahun. Walau kemudian, harga emas terkoreksi beberapa hari belakangan hingga kembali ke kisaran US$ 1.500 per ounce.

Saat berita ini ditulis, harga emas tercatat US$ 1.585 per ounce atau masih lebih tinggi 4,4% dibandingkan posisi awal tahun ini.

Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah mengatakan pasar betul-betul dirundung sentimen negatif yang luar biasa akibat virus corona. Ketidakpastian meningkat dan tidak ada berita baik. Di tengah kondisi tersebut, perang harga minyak antara Saudi Arabia dengan Rusia siap jadi hantaman berikutnya.

Alhasil, kepercayaan pasar semakin turun. “Semua investor melarikan investasinya, memindahkan ke aset yang lebih aman,” kata dia. “Virus kepanikan pasar yang terjadi di global sangat sulit diredam.”

Halaman: