Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,5%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, kebijakan tersebut akan mendorong aliran modal asing kembali masuk Indonesia.
"Dengan suku bunga acuan bank sentral luar menurun, maka capital yang masuk akan menjadi lebih besar," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (4/3).
Menurut Sri Mulyani, rencana pelonggaran kebijakan fiskal sejumlah bank sentral sudah terdeteksi sejak pertemuan negara-negara G20 di Riyadh, Arab Saudi beberapa waktu lalu. Hal ini seiring dengan dampak virus corona yang mulai mengancam pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan dunia.
Bank Indonesia, menurut dia, sebelumnya juga telah menurunkan bunga acuan guna membantu menahan perlambatan ekonomi akibat virus corona. Sri Mulyani juga menyebut langkah stimulus telah diberikan pemerintah kepada pengusaha melalui ragam insentif untuk bisnis dan sektor pariwisata.
(Baca: Sri Mulyani Tolak Bersalaman demi Cegah Virus Corona)
The Fed pada Selasa (3/3), memutuskan untuk menurunkan bunga acuan 0,5% menjadi di antara 1% hingga 1,25%. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di luar pertemuan rutin bank Sentral AS sejak puncak krisis keuangan 2008.
"Virus dan langkah-langkah yang diambil untuk menahannya pasti akan membebani aktivitas ekonomi, baik di dalam maupun luar AS untuk beberapa waktu," kata Powell dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Rabu (4/3).
Powell mengakui bahwa prospek ekonomi tidak pasti dan situasi dapat berubah-ubah. Pelonggaran bank sentral dapat mendorong permintaan lantaran menurunkan biaya pinjaman.
Namun, Powell mengingatkan penurunan bunga tidak dapat memperbaiki rantai pasokan global yang terganggu atau meyakinkan orang untuk terbang, menghadiri pertemuan atau bahkan pergi ke sekolah.
(Baca: Bank Dunia Kucurkan Pinjaman Rp 170 T Kepada Negara Terdampak Corona)
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat terjadi aliran modal asing keluar atau nett outflow sebesar Rp 30,8 triliun dari pasar keuangan Indonesia sepanjang Februari, seiring dengan mewabahnya virus corona di dunia.
Nilai tukar rupiah juga sempat melemah hingga ke level Rp 14.500 per dolar AS. Untuk menstabilkan rupiah, BI melakukan intervensi tiga lapis atau triple intervention di pasar spot, surat berharga negara, dan DNDF.
Hingga kemarin, BI mencatat telah membeli SBN sebesar Rp 103 triliun. Dari jumlah itu, Rp 80 triliun dibeli untuk menstabilkan rupiah sejak virus corona merebak.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan hingga pukul 14.30 WIB menguat 0,9% ke posisi Rp 14.150 per dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan sesi I juga ditutup melesat 1,91% ke level 5.623.