Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot hari ini menguat 0,27% ke level Rp 13.674 per dolar AS sore ini, Selasa (11/2). Rupiah menguat seiring kenaikan harga obligasi AS akibat
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR juga menempatkan rupiah pada level Rp 13.686 per dolar AS, atau naik 22 poin dari level kemarin.
Mayoritas mata uang Asia juga bergerak menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,03%, dolar Singapura naik 0,14%, dolar Taiwan 0,15%, won Korea Selatan 0,48%, peso Filipina 0,36%, rupee India 0,03%, yuan Tiongkok 0,13%, ringgit Malaysia 0,27%, dan baht Thailand 0,25%. Adapun hanya yen Jepang yang melemah 0,07%.
(Baca: Wabah Corona Ancam Ekonomi RI, Jokowi Minta Menteri Percepat Belanja)
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan rupiah menguat akibat meningkatnya harga obligasi AS. "Ini akibat investor yang cenderung masih memlih safe haven," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Selasa (11/2).
Akibatnya kenaikan harga, spread yield obligasi AS dan Indonesia melebar. Ini meningkatkan risk appetite investor terhadap surat berharga Indonesia. "Dampaknya rupiah menguat," kata dia.
Meski begitu, dirinya meyakini bahwa penguatan ini terbatas dan temporer. Rupiah masih berpotensi kembali melemah karena sentimen global masih negatif terutama akibat virus corona.
(Baca: Menyoal Keraguan atas Kemampuan Indonesia Mendeteksi Virus Corona)
Korban meninggal dunia akibat virus corona di daratan Tiongkok bertambah 108 orang menjadi 1.016 orang. Dengan demikian, total korban tewas di seluruh dunia mencapai 1.018 orang, termasuk dua orang di Hong Kong dan Filipina. Sementara kasus infeksi mencapai lebih dari 40 ribu orang.
Jumlah korban meninggal dunia dan infeksi tersebut telah melebihi korban wabah SARS pada 2002-2003. SARS membunuh 774 orang dan 8.100 orang lainnya menderita sakit di 28 negara. Virus itu mewabah delapan bulan dengan 45% kasus kematian terjadi di dataran Tiongkok.