Pengeluaran masyarakat pada komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan yang masih lemah menjadi salah satu biang keladi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV 2019 hanya mencapai 4,97%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen pengeluaran tersebut hanya tumbuh 0,91% dibanding kuartal sebelumnya.
Realisasi tersebut sebenarnya masih lebih baik dibandingkan kuartal tiga 2019 yang turun 0,32% secara kuartalan. Adapun sepanjang 2019, komponen tersebut tumbuh 3,76%, melambat dibanding 2018 sebesar 4,12%.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Sri Soelistyowati menjelaskan, penyebab perlambatan konsumsi pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan tersebut. Salah satunya lantaran terdapat perubahan pola konsumsi, terutama pada generasi milenial.
"Karena memang anak-anak sekarang lebih senang nongkrong di kedai kopi daripada beli baju," kata Sri saat ditemui di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (5/2).
(Baca: Rata-rata Pendapatan Penduduk Indonesia Capai Rp 59 Juta pada 2019)
Ini tercermin dari salah satu komponen konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya cenderung lebih tinggi pada komponen restoran dan hotel. Komponen ini tumbuh 1,28% pada kuartal IV 2019 jika dibandingkan kuartal sebelumnya, atau naik 6,18% secara tahunan.
"Jadi bukan berarti daya belinya yang menurun," jelas dia.
Konsumsi rumah tangga sepanjang tahun lalu tercatat tumbuh 5,04%, sedikit melambat dari tahun sebelumnya 5,05%. Komponen ini masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi mencapai 2,73%.
(Baca: Ekonomi RI Tahun Lalu Tumbuh Terendah Sejak 2015, Berikut Faktornya)
Kemudian, sumber pertumbuhan ekonomi kedua terbesar berasal dari komponen PMTB sebesar 1,47%, dan komponen lainnya sebesar 0,82%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2019 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. "Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia sebesar 56,62%," ucap dia.
Kemudian komponen PMTB berkontribusi sebesar 32,33%, komponen ekspor barang dan jasa sebesar 18,41%, komponen PK-P sebesar 8,75%, komponen perubahan inventori sebesar 1,43%, dan Komponen PK-LNPRT sebesar 1,3%. Sementara komponen impor barang dan jasa yang menjadi faktor pengurang dalam PDB memiliki peran sebesar 18,9%.