Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar pagi ini, Selasa (4/2), melemah tipis 7 poin ke level Rp 13.748 per dolar. Mata uang Garuda melemah seiring penantian investor akan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia esok hari.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, rupiah melemah di tengah penantian investor. "Investor menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi full year pada pekan ini," kata Josua kepada Katadata.co.id, Selasa (4/2).
Selain itu, Josua menilai, pelemahan ini terjadi di tengah pelemahan mayoritas bursa Asia. Adapun bursa Asia masih dibayangi sentimen negatif dari penyebaran virus corona. "Tak hanya itu, pelemahan rupiah juga terjadi usai rilis data PMI Indonesia yang melambat," ucap dia.
Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang Asia turut melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,02%, dolar Singapura 0,19%, rupee India 0,02%, ringgit Malaysia 0,21%, dan baht Thailand 0,06%.
(Baca: Kecemasan Virus Corona Seret Rupiah ke Posisi Terlemah ke-2 di Asia)
Sementara beberapa mata uang Asia lainnya menguat. Yen Jepang naik 0,03%, dolar Taiwan naik 0,15%, won Korea Selatan 0,32%, peso Filipina 0,22%, dan yuan Tiongkok 0,14%.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019 hanya akan mencapai 5,08% atau meleset dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,3%.
Salah satu komponen yang diwaspadai pemerintah adalah investasi yang mungkin meleset jauh dari target. "Yang harus dilihat adalah investasi apakah masih akan tetap dilevel 5 persen," kata dia di Jakarta, medio Oktober tahun lalu.
Namun kekhawatiran tersebut sirna setelah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan bahwa realisasi investasi sepanjang 2019 naik hingga 12,24% menjadi Rp 809,6 triliun atau di atas target Rp 792 triliun.
(Baca: BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tahun Ini Lebih Baik)
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 mencapai 5,02% secara tahunan (year on year/yoy). Capaian tersebut terjadi di tengah perekonomian global masih diliputi ketidakpastian seiring perang dagang yang masih berlangsung dan kondisi geopolitik yang memanas.
"Hal ini berdampak pada perekonomian sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan catatan tersebut, perekonomian Indonesia tumbuh 5,02% yoy," kata Kepala BPS Suhariyanto.