Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penguatan rupiah masih sesuai dengan fundamental. Hal ini menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menilai penguatan rupiah terlalu cepat.
"Penguatan rupiah masih sejalan dengan fundamental, inflasi rendah, pertumbuhan meningkat, dan neraca pembayaran surplus," kata Perry saat Konferensi Pers KSSK di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (22/1).
Presiden Jokowi sempat menyampaikan bahwa penguatan rupiah terlalu cepat. Hal itu disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2020 pekan lalu (16/1).
Namun, Perry mengaku, BI sudah menyampaikan kepada Presiden bahwa penguatan rupiah masih sesuai dengan fundamental. “Itu bukan arahan Presiden. Karena Presiden betul-betul menjunjung tinggi independensi bank sentral,” katanya.
(Baca: Rupiah Pagi Ini Melemah di Tengah Ketakutan Wabah Virus Corona)
Perry menjelaskan, penguatan rupiah didukung oleh aliran modal masuk asing (capital inflow). Selain itu, data-data ekonomi makro lainnya seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan neraca pembayaran tergolong baik.
Mengacu pada data-data itu, ia menilai bahwa nilai tukar rupiah masih sesuai dengan fundamental. “Ini juga masih sejalan dengan mekanisme pasar,” kata Perry.
Menurut dia, penguatan rupiah akan mendorong investasi di dalam negeri. Alasannya, banyak industri yang memiliki kandungan impor tinggi. Dengan rupiah yang menguat, maka biaya impor menjadi lebih murah.
Ia mengakui, eksportir memilih rupiah melemah supaya nilai ekspor yang didapat lebih tinggi. Meski begitu, menurut dia ada faktor lain yang bisa meningkatkan keuntungan eksportir seperti harga komoditas dan permintaan dari luar negeri.
(Baca: Rupiah Mengawali 2020 Paling Kuat di ASEAN, Berikut Faktornya)
Mengutip dari Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 1,77% sejak awal tahun (year to date/ytd) ke posisi Rp 13.646 rupiah per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Penguatan rupiah terjadi saat mata uang negara ASEAN dan Asia lainnya melemah.
Sebelumnya, Jokowi meminta berhati-hati terhadap penguatan rupiah yang terlalu cepat. "Rupiah menguat dan kalau menguat terlalu cepat, kita juga harus hati-hati," katanya dalam acara PTIJK 2020 pada pekan lalu.
Mantan Walikota Solo tersebut mengatakan, akan ada pihak yang gembira dan yang tidak terhadap penguatan rupiah. Yang tidak senang yakni eksportir, sebab daya saing ekspor menurun.
(Baca: Rupiah Melemah Usai IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global)