Nilai tukar rupiah pada pembukaan pasar pagi ini, Senin (2/12) melemah 0,02% ke level Rp 14.095 per dolar AS. Penurunan mata uang Garuda pagi ini terjadi seiring penantian pasar menjelang rilis data perekonomian global.
Sementara itu, mata uang Asia diperdagangkan bervariasi pagi ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang, rupee India, ringgit Malaysia, dan baht Thailand terlihat melemah. Yen turun 0,16% terhadap dolar AS, rupee 0,19%, ringgit 0,03%, dan baht satu poin.
Namun, tak semua mata uang Asia melemah. Nilai tukar beberapa mata uang Asia lain bahkan menguat tipis terhadap dolar AS, seperti dolar Hong Kong, Singapura, dan Taiwan naik 0,01%. Kemudian disusul won Korea Selatan menguat 0,16%, peso Filipina 0,13%, dan yuan Tiongkok 0,04%.
(Baca: Rupiah Melemah Terimbas Kemarahan Tiongkok ke Trump soal UU Hong Kong)
Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, hingga saat ini pasar menunggu hasil rapat dewan gubernur bank sentral. "Serta beberapa data ekonomi yang akan dirilis pada minggu pertama bulan Desember," kata Josua kepada Katadata.co.id, Senin (2/12).
Selain itu, pasar juga menanti testimoni Presiden Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB) Lagarde pada awal pekan ini. Selanjutnya, ada rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) Tiongkok, rilis data ekonomi AS seperti data ISM manufacturing dan PMI manufacturing yang tak luput dari perhatian pelaku pasar.
Dalam sepekan terakhir, dolar AS diperdagangkan menguat. Penguatan terjadi bersamaan dengan volume perdagangan yang naik tipis seiring hari libur nasional.
Hingga berita ini ditulis, indeks dolar AS menguat 0,03% ke level 98.3. Kenaikan dolar AS, menurut ia, juga ditopang oleh data ekonomi AS pada triwulan III 2019 yang lebih baik dari perkiraan.
(Baca: Penguatan Dolar AS Buat Rupiah dan Mata Uang Asia Loyo)
Sementara dari dalam negeri, data inflasi bulan November yang diperkirakan terkendali akan dapat menjaga stabilitas rupiah. "Rupiah akan berada di rentang Rp 14.075 - 14.150 per dolar AS hari ini," ujar Josua.