Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,19% ke level Rp 14.060 per dolar AS. Meski begitu, rupiah berpotensi melemah seiring data neraca perdagangan yang bakal diumumkan pagi ini dan diproyeksi mengalami defisit.
Mengutip Bloomberg, rupiah hingga pukul 08.40 WIB diperdagangkan pada level Rp 14.069 per dolar AS. Sementara itu, mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS.
Dolar Singapura naik 0,07%, dolar Taiwan 0,1%, won Korea Selatan 0,39%, peso Filipina 0,36%, rupee India 0,16%, yuan Tiongkok 0,04%, ringgit Malaysia 0,39%, dan baht Thailand 0,05%. Hanya yen Jepang dan dolar Hongkong yang melemah masing-masing turun 0,18% dan 0,03%.
(Baca: Susun RPJMN 2020-2024, Bappenas Targetkan Optimistis Ekonomi Tumbuh 6%)
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, data neraca perdagangan Oktober akan menjadi penggerak pasar. Menurut dia, konsensus pasar memperkirakan neraca perdagangan akan defisit US$ 280 juta, melebar dari bulan sebelumnya US$1 60 juta.
"Bila hasil aktual defisit lebih besar dari perkiraan, rupiah bisa tertekan lebih dalam," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Jumat (15/11).
Selain dipengaruhi data neraca dagang, rupiah juga diperkirakan melemah akibat kekhawatiran negosiasi dagang AS-Tiongkok yang berlarut-larut. Ia pun memproyeksikan rupiah pada hari ini akan bergerak pada kisaran Rp 14.020 hingga Rp 14.120 per dolar AS.
(Baca: Terpukul Perang Dagang, Perusahaan Jerman Ingin Hengkang dari Tiongkok)
Ekonom Permata Bank Josua Pardede memproyeksi, neraca perdagangan pada bulan Oktober akan kembali defisit US$ 243 juta. Ia meramal ekspor akan terkontraksi sebesar 8,38% secara tahunan, sedangkan impor anjlok sebesar 16.21%.
"Defisit ini lebih tinggi dibandingkan defisit pada periode sebelumnya sebesar US$ 161 juta," kata Josua kepads Katadata.co.id di waktu yang berbeda.