Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI016 hanya mencapai Rp 8,21 triliun atau di bawah target yang ditetapkan sebesar Rp 9 triliun. ORI016 ditawarkan dengan tingkat kupon atau bunga sebesar 6,8%, jauh lebih rendah dari ORI015 sebesar 8,25%.
Berdasarkan siaran pers DJPPR Kemenkeu yang dikutip Selasa (29/10), jumlah investor yang membeli ORI016 mencapai 18.336 investor. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau sekitar 72,8% merupakan investor baru total pembelian mencapai Rp 4,95 triliun.
Adapun mayoritas investor membeli ORI016 dalam rentang Rp juta hingga Rp 100 juta. Bahkan, terdapat 897 investor yang melakukan pembelian sebesar Rp 1juta.
Di sisi lain, rata-rata volume pemesanan ORI 016 per investor mencapai Rp 447,95 juta.Jumlah ini turun signifikan dibanding seri sebelumnya sebesar Rp 565,99 juta
(Baca: Bunga ORI016 Ditetapkan 6,8%, Bagaimana Hitungan Keuntungannya?)
Secara proporsi, jumlah investor milenial yang membeli ORI016 mencapai 33,82% dari total investor ORI016. Persentase ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan proporsi investor milenial yang membeli ORI015 yang hanya sekitar 13,93%.
Hal tersebut, menurut DJPPR, mencerminkan kemudahan untuk membeli SBN ritel yang kini dapat dilakukan secara online. Apalagi, ORI merupakan instrumen investasi yang memiliki fitur dapat diperdagangkan.
Kendati demikian, volume pemesanan terbesar masih dilakukan generasi baby boombers (berusia 55 tahun hingga 73 tahun) mencapai Rp 3,67 triliun.
Dengan penerbitan ORI016, total realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sepanjang tahun ini telah mencapai Rp 48,3 triliun. Jumlah ini naik 5,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir tahun, pemerintah menargetkan penerbitan SBN ritel mencapai Rp 51,2 triliun.
Pemerintah berencana satu kali lagi menerbitkan SBN ritel dalam bentuk sukuk tabungan seri ST006. Penerbitan dijadwalkan tetantif pada 1-21 November 2019.
(Baca: Kemenkeu: Defisit Anggaran Tahun Ini Diperkirakan Melebar Hingga 2,2%)
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Loto Srinaita Ginting sebelumnya menjelaskan kupon atau bunga ORI016 ditetapkan lebih rendah dari seri sebelumnya seiring dengan tingkat suku bunga global maupun bunga acuan BI yang mengalami tren penurunan.
Ia menambahkan, meski pemerintah banyak melakukan penerbitan, jumlah SBN ritel yang beredar saat ini sebenarnya lebih rendah dibanding posisi akhir tahun lalu. Pasalnya, terdapat obligasi ritel yang jatuh tempo sebesar Rp 51,2 triliun.
"Memang penerbitannya banyak, tetapi sebenarnya SBN ritelnya turun sekitar Rp 10 triliun," kata dia.
Adapun SBN ritel yang jatuh tempo terdiri dari ORI013 sebesar Rp 19,69 triliun dan SR008 sebesar Rp 31,5 triliun.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah per akhir Agustus 2019 mencapai Rp 4.680,19 triliun.Mayoritas utang pemerintah berupa Surat Berharga Negara (SBN) seperti tergambar dalam databooks di bawah ini.