Secara pribadi, Ibrahim melihat potensi pertumbuhan ekonomi domestik bisa di atas 5%. "Walaupun gonjang ganjing ekonomi masih terus berlanjut, namun target di atas 5% akan tercapai jika Indonesia bisa menjaga konsumsi domestik yang tidak bergantung pada kondisi global," ucap dia.

Ia menambahkan, penguatan rupiah juga disokong oleh kebijakan-kebijakan Bank Indonesia (BI). Di satu sisi, BI terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi. Di sisi lain, langkah BI memangkas bunga acuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi telah memantik aliran masuk modal asing ke dalam negeri.

(Baca: Erick Thohir Diisukan Menjadi Menteri, Saham Mahaka Media Loncat 13%)

Selain sederet faktor tersebut, ia mengatakan, penguatan rupiah juga disokong oleh faktor eksternal yaitu pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS turun 0,15% ke level 97.85.

Menurut Ibrahim, dolar AS melemah akibat rancunya kesepakatan Brexit, ketegangan antara AS dan Tiongkok, ketegangan politik di Hong Kong, hingga data penjualan ritel AS yang buruk.

Halaman: