Sri Mulyani: RI Punya Decacorn, Tapi Kalah dengan Negara Tetangga

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Sri Mulyani mendorong peningkatan SDM.
23/8/2019, 17.44 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kesiapan SDM dan daya saing Indonesia menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Di satu sisi, dia memuji pencapaian perusahaan teknologi yang berstatus decacorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar.

Namun, di sisi lain dia menilai daya saing Indonesia kalah dengan negara lain yang tidak mencetak decacorn. "Meski Indonesia sudah ada decacorn dan unicorn, tapi daya saing masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, mereka punya daya saing lebih baik," kata Sri Mulyani dalam Capital Market Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (23/8).

Berdasarkan riset CB Insights, perusahaan Indonesia yang berstatus decacorn yakni Gojek yang sudah mencapai valuasi US$ 10 miliar. Sementara itu, Indonesia punya tiga unicorn atau bervaluasi di atas US$ 1 miliar, yakni Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.

(Baca: Sri Mulyani Sindir Bank Tarik Komisi Lebih Tinggi Dibanding Fintech)

Sri Mulyani melanjutkan, dilihat dari pendidikan Indonesia hanya berada pada peringkat 61 di dunia. Sedangkan pada teknologi berada pada posisi 59. "Ini bukan ranking yang bagus di mana tetangga bisa di atas 20 atau 30," katanya.

Sri Mulyani menganggap bila Indonesia tidak dapat meningkatkan SDM dan pendapatan, maka akan terjebak sebagai negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai Indonesia perlu memperbaiki SDM dari pendidikan, kesehatan dan jaring pengaman sosial. Terutama berfokus ke masyarakat yang paling rapuh atau 20% terbawah yang mendapat subsidi dan PKH.

Ada pun dalam studi McKinsey, akan ada 3,5 juta tenaga kerja baru sampai 2025 nanti. Hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang memiliki bonus demografi.

Dengan bonus demografi dan komposisi populasi yang dimiliki Indonesia, Sri Mulyani menyebut, Indonesia punya modal untuk menciptakan kesempatan baru. "Apalagi potensi ekonomi dengan GDP di atas US$1 juta," kata dia.

(Baca: Sri Mulyani: Indonesia Harus Waspadai Resesi)