Presiden Amerika Serikat (AS) menyebut, dirinya orang yang terpilih untuk mengatasi ketidakseimbangan dagang dengan Tiongkok, meski peneliti kongres memperingatkan perang dagang akan memangkas perekonomian AS sebesar 0,03% pada 2020.
Trump mengatakan kepada reporter bahwa hidupnya sebenarnya akan lebih mudah jika tidak melakukan perang dagang dengan Tiongkok. Namun, dia membela tindakannya dan mengatakan kesepakatan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini masih mungkin.
"Saya yang terpilih, jadi saya akan menghadapi Tiongkok. Saya akan membuat Tiongkok berdagang (dengan adil). Dan tahukah Anda? Kami menang," ujar Trump, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/8).
(Baca: BI Diramal Tahan Bunga Acuan Demi Jaga Rupiah)
Trump dalam dua hari berturut-turut mengaku perang dagang dengan Tiongkok dapat membahayakan ekonomi AS. Namun, ia menegaskan resesi tak akan terjadi.
Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) Nonpartisan menjadi lembaga independen terbaru yang memperingatkan dampak perang dagang pada Presiden Donald Trump. CBO mengatakan, perubahan kebijakan AS dan perdagangan luar negeri sejak Januari 2018 akan memangkas produk domestik bruto AS yang disesuaikan dengan inflasi sebesar 0,3% pada 2020.
CBO juga menyebut, tarif Trump meningkatkan harga domestik, mengurangi daya beli konsumen, dan meningkatkan biaya investasii bisnis. Penghasilan riil untuk rata-rata rumah tangga AS juga diperkirakan turun 0,4%.
(Baca: Terancam Resesi, AS Kaji Pangkas Pajak Keuntungan Jual Aset)
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF) menyebut perang dagang AS-Tiongkok akan memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,5%.
Trump sebelumnya mengatakan, ia harus berhadapan dengan Tiongkok atas perdagangan, bahkan jika hal itu menyebabkan kerusakan jangka pendek pada ekonomi AS karena Beijing telah menipu Washington selama beberapa dekade.
Kementerian Luar Negeri China tampaknya mengecilkan komentar, menekankan perlunya dialog untuk menyelesaikan perbedaan pada masalah perdagangan tetapi mengancam akan membalas jika Washington melanjutkan dengan penjualan senjata US$ 8 miliar ke Taiwan.