Singapura tengah menghadapi ancaman resesi ekonomi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat target pertumbuhan ekonomi yang dipatok Presiden Joko Widodo tahun ini sebesar 5,3% kian sulit tercapai.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menjelaskan terdapat dua jalur yang perlu diwaspadai pemerintah terkait dampak dari resesi ekonomi yang mungkin terjadi di Singapura, yakni investasi dan ekspor.
"Resesi Singapura bisa berdampak kepada investasi. Ini paling besar karena Singapura selama ini merupakan pintu masuknya investasi ke Indonesia," ujar Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu (14/8).
Jika ekonomi Singapura mengalami resesi, menurut dia, investor asing kemungkinan akan ragu-ragu dalam berinvestasi melalui negara tersebut. Kondisi ini tentu berdampak pada pertumbuhan investasi dan tentunya pertumbuhan ekonomi.
"Saya konsen dari sisi investasi yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV. Target pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,3% kemungkinan akan sulit tercapai," terang Bhima.
(Baca: Terancam Resesi, Singapura Negara Penanam Modal Terbesar di Indonesia)
Sementara itu, saluran ekspor menurut dia tak akan banyak berdampak. Pasalnya porsi ekspor Indonesia ke negeri jiran itu hanya sekitar 5%.
"Hingga semester I, ekspor indonesia ke Singapura turun 5%, tapi porsi ekspor nonmigas 5%. Tapi kalau kita lihat dari sisi kemampuan ekspor impor, banyak barang-barang menengah atas dari Indonesia bisa terdampak," terang dia.
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual juga memperkirakan resesi ekonomi yang mungkin terjadi di Singapura paling terdampak pada pertumbuhan investasi. Sementara dampak dari ekspor relatif lebih minim.
"Saya pikir untuk mendorong pertumbuhan harus fokus ke ekonomi domestik dan mendorong investasi karena ekspor sulit diandalkan. Dengan ekonomi Singapura yang mungkin resesi, perlu diversifikasi investasi, mencari peluang negara lain," jelas dia.
(Baca: Singapura Terancam Resesi Ekonomi Akibat Perang Dagang AS-Tiongkok)
Meski pertumbuhan ekonomi berpotensi melambat tahun ini, David meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5%.
"Pada saat krisis finansial 2008-2009, Singapura juga sempat mengalami resesi, tetapi perekonomian kita masih bisa tumbuh karena mengandalkan domestik. Saya rasa tahun ini juga masih bisa tumbuh diatas 5%," kata dia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asal Singapura pada semester pertama tahun ini mencapai US$ 3,43 miliar, turun signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 5,04 miliar. Kendati demikian, jumlah proyek yang digarap sebenarnya meningkat dari 4.276 proyek menjadi 5.348 proyek.
Dalam lima tahun terakhir, Singapura tercatat sebagai negara penanam modal terbesar di Indonesia. Pada 2014, total investasi Singapura mencapai US$ 5,8 miliar, lalu naik tipis menjadi US$ 5,9 miliar pada 2015. Pada 2016, investasi Singapura melesat menjadi US$ 9,2 miliar, lalu turun pada 2017 menjadi US$ 8,4 miliar. Sementara tahun lalu, investasi dari Singapura kembali meningkat mencapai US$ 9,2 miliar.