Langkah Amerika Serikat (AS) yang menunda kenaikan tarif bea masuk atas produk Tiongkok berdampak positif terhadap rupiah. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,63% menjadi Rp 14.235 per dolar AS pada perdagangan hari ini (14/8).
Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution memperkirakan, rupiah akan menguat sepanjang hari ini. Salah satu pendorongnya adalah kebijakan pemerintah AS yang menunda pemberlakukan tarif tambahan 10% terhadap barang impor US$ 300 miliar dari Tiongkok.
“Rupiah akan kembali menguat karena penundaan AS sudah mengumumkan penundaan pengenaan tarif tambahan terhadap produk Tiongkok," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/8).
Namun Damhuri mengatakan, Indonesia tetap harus waspada karena peluang resesi ekonomi global semakin meningkat. "Dampak negatif perang dagang antara AS-Tiongkok makin terlihat pada perekonomian dunia yang melambat. Maka, peluang resesi global meningkat," kata dia.
(Baca: Yen Melemah, Rupiah Ikut Loyo ke 14.325 per Dolar AS)
Ia menilai, hal tersebut membuat sebagian investor menarik modal dari negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market) atau flight to quality. Tidak terkecuali modal dari Indonesia juga bisa ditarik.
Penarikan modal oleh investor asing tersebut tentunya menahan penguatan nilai tukar rupiah. Selain itu, konisi perekonomian Argentina perlu diwaspadai karena akan berpengaruh terhadap rupiah. “Ini karena contagion effect sesama negara berkembang," katanya.
Dari dalam negeri, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang memburuk juga menahan penguatan rupiah. Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat CAD pada Kuartal II 2019 mencapai US$ 8,4 miliar atau 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit itu melebar dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), US$ 8 miliar.
Meski ada beberapa faktor negatif, Damhuri tetap optimistis nilai tukar rupiah menguat perlahan sepanjang hari ini. Ia memperkirakan, rupiah akan berada di level Rp 14.150 - Rp 14.250 per dolar AS hingga penutupan hari ini.
Adapun Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus mengurangi daftar barang impor asal Tiongkok yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan. Keputusan ini dilandasi oleh alasan kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya.
Selain itu, pengenaan bea masuk baru 10% untuk berbagai produk lainnya ditunda dari awalnya September menjadi 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.
(Baca: Sentimen Perang Dagang Berlanjut, Rupiah Pagi Ini Melemah ke 14.281 per Dolar AS)