Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini, Selasa (6/8) melemah 21,5 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.276 per dolar AS. Pelemahan rupiah antara lain dipicu kekhawatiran terjadinya perang mata uang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Sementara, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada level Rp14.344 per dolar AS, anjlok dari posisi kemarin Rp14.231 per dolar AS.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menuding Tiongkok melakukan manipulasi mata uang. Hal ini lantaran Negeri Tirai Bambu ini membiarkan mata uang yuan melemah lebih dari 1,14% pada Senin (5/8).
Namun, pada perdagangan sore ini, yuan China menguat 0,24%. Beriringan dengan yuan, won Korea menguat 0,01%, dolar Singapura menguat 0,19%, dan baht Thailand menguat 0,21%.
(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Menuju Perang Mata Uang)
Di sisi lain sama seperti rupiah, ringgit Malaysia melemah 0,34%, rupee India melemah 0,06%, peso Filipina melemah 0,24%, dan yen Jepang melemah 0,43%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan pemerintah Trump yang resmi menyebut Tiongkok sebagai manipulator mata uang membuat kekhawatiran perang dagang naik kelas menjadi perang mata uang. Hal ini, menurut dia, menjadi salah satu sentimen yang memicu penguatan dolar AS.
"Jika praktik yang dilakukan Tiongkok ditiru oleh negara lain demi menggenjot ekspor, maka akan terjadi devaluasi mata uang secara kompetitif. Perang mata uang sudah di depan mata," ujar Ibrahim.
(Baca: Kurs Rupiah Melemah Tembus 14.300 per Dolar AS, BI Intervensi Pasar)
Di sisi lain, menurut dia, intervensi BI pada hari ini berhasil menahan rupiah tak melemah terlalu dalam.
Sebelummya, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengaku pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah mitigasi guna menstabilisasi nilai tukar rupiah. Stabilisasi dilakukan melalui tiga langkah intervensi.
"Untuk memitigasi pelemahan rupiah yang tajam sejak pembukaan pasar, BI sudah masuk ke pasar spot, melakukan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) di pasar sekunder, dan intervensi pasar DNDF (Domestic Non Delivery Forward)," terang Nanang.