Defisit APBN Naik, Defisit Keseimbangan Primer Malah Susut Jadi Rp 1 T

Arief Kamaludin|KATADATA
Defisit APBN semester I 2019 tercatat sebesar Rp 135,8 triliun atau 0,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
16/7/2019, 17.10 WIB

Dari segi penerimaan, penerimaan negara tercatat sebesar Rp 898,8 triliun atau 41,5% dari target Rp 2.165,1 triliun. Realisasi penerimaan tersebut naik 7,8% secara tahunan (yoy).

Penyokong utamanya, penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 688,9 triliun atau 38,6% terhadap APBN. Penerimaan perpajakan naik 5,4% (yoy). Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan dari sektor nonmigas tetap tumbuh positif di tengah tekanan pelemahan perekonomian global.

(Baca: Tarif dan Insentif di RUU Perpajakan, Sri Mulyani: Bola di Tangan DPR)

Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat mencapai Rp 209,1 triliun atau 55,3% dari target. PNBP tersebut tumbuh 18,2% (yoy).

Dari sisi belanja, realisasi belanja mencapai Rp 1.034,5 triliun atau mencapai 42% dari target. Belanja tumbuh 9,6% (yoy). Secara khusus, realisasi belanja kementerian/lembaga telah mencapai Rp 342,3 triliun atau 40% dari target.  

"Realisasi belanja pemerintah pusat semester I tahun 2019 menunjukkan kinerja yang lebih baik terutama pada belanja kementerian/lembaga," kata Sri Mulyani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi yakni percepatan penyaluran bantuan sosial seperti bantuan iuran Jaminan Kesehatan Nasional, Program Keluarga Harapan, dan Bidik Misi; pelaksanaan agenda strategis seperti Pemilu 2019; realisasi subsidi yang lebih rendah karena perubahan harga minyak; dan bunga utang yang lebih tinggi imbas depresiasi nilai tukar rupiah.

Pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 296 triliun atau 1,84% terhadap PDB tahun ini. Namun, dalam proyeksi terbarunya, pemerintah memperkirakan defisit lebih tinggi yaitu Rp 310,8 triliun, atau 1,93% dari PDB.

Halaman: