Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan pada Mei 2019 berdampak positif terhadap prospek neraca transaksi berjalan (CAD) 2019. Bank sentral memperkirakan neraca transaksi berjalan masih akan mengalami defisit tahun ini dalam kisaran 2,5%-3,0% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menilai, BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik. "Sehingga tetap dapat menjaga stabilitas eksternal, termasuk prospek neraca eprdagangan dan neraca transaksi berjalan," katanya dalam keterangan resminya, Jakarta, Senin (24/6).
Neraca perdagangan pada Mei 2019 mencatat surplus US$ 21o juta. Kondisi ini membaik dari bulan sebelumnya yang mencatat defisit US$ 2,28 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas.
Surplus neraca perdagangan nonmigas ditopang oleh ekspor nonmigas yang meningkat dan impor nonmigas yang menurun. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas yang menurun dipengaruhi meningkatnya ekspor dan menurunnya impor migas.
(Baca: Kendati Neraca Dagang Surplus, Pelemahan Ekspor Masih Membayangi)
Secara rinci, neraca perdagangan nonmigas Mei 2019 mengalami surplus US$ 1,19 miliar setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit US$ 790 juta. "Di satu sisi, perkembangan positif tersebut dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas yakni," ujar Onny.
Peningkatan ekspor nonmigas tercatat menjadi US$ 13,63 miliar dari US$ 12,37 miliar pada April 2019 Peningkatan terutama terjadi pada komponen lemak dan minyak hewani/nabati, perhiasan/permata, serta bahan bakar mineral.
Di sisi lain, impor nonmigas tercatat sebesar US$12,44 miliar atau menurun US$720 juta (month to month/mtm) dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya. Penurunan impor nonmigas terutama terjadi pada komponen mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serta mesin/pesawat mekanik.
(Baca: Terimbas Perang Dagang, Ekspor Mei 2019 Naik 12,4% Secara Bulanan)
Selain itu, neraca perdagangan migas tercatat defisit US$98 juta pada Mei 2019. Keadaan ini membaik dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar US$1,49 miliar.
Perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor migas, dari US$740 juta pada April 2019 menjadi US$1,11 miliar pada Mei 2019. Peningkatan terutama didorong oleh komponen ekspor gas sejalan peningkatan volume ekspor, di tengah penurunan harganya.
Sementara itu, impor migas menurun dari US$2,24 miliar menjadi US$2,09 miliar pada Mei 2019. Penurunan impor migas, terutama terjadi pada komponen hasil minyak dan gas. Hal ini sejalan dengan menurunnya volume ekspor kedua komponen tersebut.