Kendati Neraca Dagang Surplus, Pelemahan Ekspor Masih Membayangi

Image title
Oleh Ekarina
24 Juni 2019, 14:58
Suplus Neraca Perdagangan, Penurunan Ekspor
Katadata
Ilustrasi kegiatan ekspor.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Mei 2019 surplus US$210 juta, atau membaik dibanding torehan bulan sebelumnya yang mencatat defisit terparah sepanjang sejarah sebesar US$ 2,5 miliar. Kendati suplus, ekspor yang masih melemah secara keseluruhan masih membayangi neraca perdagangan.

Menurut BPS, surplus neraca dagang Mei ditopang oleh naiknya ekspor 12,42% dibanding April 2019 menjadi US$ 14,74 miliar. Hal tersebut juga diibarengi penurunan impor 5,62% menjadi US$ 14,53 miliar. 

Namun, ekspor dalam negeri tercatat US$ 14,47 miliar atau turun 8,99% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara secara kumulatif periode Januari–Mei 2019, nilai ekspor dalam negeri mencapai US$68,46 miliar atau menurun 8,61% dibanding periode yang sama 2018. Dari jumlah tersebut, ekspor migas turun 21,44%, sementara ekspor nonmigas menurun 7,33% menjadi US$63,12 miliar.

(Baca: Di Atas Prediksi, BPS Catat Neraca Dagang Mei Surplus US$ 210 Juta)

Berdasarkan sektor, ekspor hasil industri pengolahan Januari– Mei 2019 turun 6,27% dibanding periode yang sama 2018. Padahal, sektor tersebut berkontribusi paling besar terhadap ekspor non migas sebesar 74,59%. Selain hasil industri pengolahan, penurunan ekspor juga dicatat dari sektor hasil pertanian -1,89%, dan ekspor hasil tambang dan lainnya -12,67%.

Kepala BPS Suhariyato mengatakan penurunan ekspor sedikit banyak terpengaruh situasi global. Perekonomian saat ini masih dirundung ketidakpastian global serta harga komoditas yang berfluktuasi.

Dari segi akses pasar, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$9,55 miliar (15,13%), diikuti Amerika Serikat US$7,25 miliar (11,49%), dan Jepang US$5,6 miliar (8,98%). Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah lignit, batubara, dan minyak kelapa sawit.

Namun, hingga lima bulan pertama 2019, ekspor ke tiga negara tersebut menyusut masing-masing sekitar -6,86%, -2,29% dan 17,50%.

Tak Ada Harapan Peningkatan Ekspor

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan ketidakpastian ekonomi global memberi tekanan terhadap kinerja ekspor. "Ekspor sepertinya ada harapan selama perang dagang berlangsung," kata dia kepada katadata.co.id, Senin (24/6).

Menurutnya, tidak ada solusi instan untuk membenahi kinerja ekspor, terlebih Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas. Sehingga semua kebijakan yang diperlukan merupakan solusi jangka panjang. 

"Butuh waktu lama, sebab struktur industrinya harus dibenahi agar Indonesia bisa beranjak dari ekspor komoditas. Selain itu, pemerintah juga harus lebih aktif mencari pasar ekspor," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...