Departemen Tenaga Kerja AS semalam baru saja mengeluarkan angka Indeks Harga Konsumen (CPI) yang hanya naik 0,1% pada 2019. Secara tahunan, angkanya berada di level 1,8% atau turun dibandingkan bulan sebelumnya di 1,9%. Hal ini mengindikasikan terjadi perlambatan ekonomi di Negari Paman Sam.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan, bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar menurunkan suku bunga lebih awal dari prediksi sebelumnya. "Kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga pada September 2019," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (13/6).
Lana memperkirakan The Fed akan melakukan hal itu sekali pada 2019. Penurunan sekali dalam setahun, menurut dia, sudah cukup signifikan bagi perekonomian AS. Penurunan suku bunga ini tentunya akan berpengaruh positif ke negara-negara berkembang.
The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga acuan di kisaran 2%-2,25% dari sebelumnya 2,25%-2,5%. "Jadi pemangkasannya hanya sedikit, sekitar 25 basis poin dari angka sebelumnya," kata Lana.
(Baca: Jaga Inflasi, BI Diprediksi Tak Akan Buru-buru Pangkas Bunga Acuan)
Hal ini senada juga dikatakan Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution. Penurunan data inflasi dan data tenaga kerja menjadi acuan The Fed untuk menentukan suku bunga. "Pelemahan ini saya yakini akan memicu The Fed memotong suku bunga tahun ini, di luar sebelumnya," katanya.
Ia pun menerangkan, jika The Fed menurunkan suku bunga, tentunya arus modal akan berbalik kepada negara yang memiliki suku bunga relatif tinggi, termasuk Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso sebelumnya mengatakan, sudah saatnya Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat suku bunga acuan. Hal ini seiring dengan tren menurunnya suku bunga di berbagai negara lain.
(Baca: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Turunkan Bunga Acuan di Akhir 2019)
Tercatat, Bank Negara Malaysia (BNM), The Reserve Bank of Australia (RBA), dan Reserve Bank of India (RBI) telah menurunkan suku bunga. Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), pun berpotensi melakukan hal yang sama dalam waktu dekat.
Sejak November lalu, BI mempertahankan suku bunga acuan atau 7-Day Reserve Repo Rate di level 6%. “Indonesia sudah waktunya juga. Sudah waktunya menurunkan suku bunga,” kata Wimboh di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Penurunan suku bunga, menurut dia, dapat memberikan ruang lebih besar kepada dunia usaha untuk bisa bergairah lebih cepat. Hal itu pun dapat mendorong pertumbuhan permintaan domestik lebih tinggi.