Ekonomi AS Melemah, Rupiah Diprediksi Berangsur Menguat ke 14.100/US$

Arief Kamaludin|Katadata
Nilai tukar rupiah sempat menyentuh level 14.500 per dolar AS pada Mei 2019, namun berangsur menguat.
13/6/2019, 14.50 WIB

Bila The Fed menurunkan suku bunga, arus modal dipastikan akan berbalik ke negara yang memiliki suku bunga relatif tinggi, termasuk Indonesia. Arus modal tersebut akan membuat pasokan dolar AS di dalam negeri meningkat sehingga mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Potensi arus modal masuk juga seiring peningkatan peringkat utang pemerintah Indonesia. Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) baru saja meningkatkan Sovereign Credit Rating Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil.

(Baca: Jaga Inflasi, BI Diprediksi Tak Akan Buru-buru Pangkas Bunga Acuan)

Meski pelemahan ekonomi AS menjadi faktor penguat nilai tukar rupiah untuk saat ini, namun bisa menjadi faktor risiko ke depan. "Kemungkinan kalau perekonomian AS terus seperti ini dan cenderung memburuk mereka terancam mengalami resesi," ujarnya.

Ekspektasi resesi yang membesar akan memicu arus keluar modal asing dari pasar keuangan negara berkembang ke negara maju. Kondisi ini bisa berdampak negatif terhadap nilai tukar rupiah.

Damhuri memproyeksikan nilai tukar rupiah tetap pada rentang Rp 14.200 - RP 14.300 per dolar AS untuk saat ini. "Kecuali kalau nanti BI menurunkan suku bunga ya," kata dia.

Halaman: