Bappenas: Regulasi dan Kelembagaan Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Arief Kamaludin | Katadata
25/5/2019, 11.14 WIB

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan kajian khusus dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasilnya menunjukkan masih ada beberapa hal yang menghambat dan perlu dibenahi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. 

Menurut Menteri PPN/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, hal yang paling penting dibenahi adalah isu regulasi dan kelembagaan. "Regulasi di Indonesia masih restriktif dan sangat mahal yang mebuat investor segan berinvestasi," ujarnya dalam keterangannya, Jumat (24/5).

Tingginya tingkat korupsi di Indonesia dan birokrasi yang tidak efektif, turut menjadi permasalahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Kemudian, ada juga risiko yang harus dihadapi sektor swasta karena kebijakan yang tidak pasti akibat kurangnya koordinasi di pemerintahan.

(Baca: Terjebak di 5%, Target Pertumbuhan Ekonomi Sulit Tercapai)

Dalam acaraThe Second Stolypin Forum yang dilaksanakan di Moskow, Rusia, Kamis (23/5), Bambang membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia mengklaim ekonomi Indonesia menguat dalam beberapa tahun terakhir. 

Menurut Bambang, ekonomi Indonesia dapat terus meningkat walaupun harus menghadapi berbagai tantangan global dan domestik beberapa tahun belakangan. "Sejak 2015, ekonomi Indonesia sudah kembali menguat dan terus terakselerasi," ujarnya.

Adapun menguatnya pertumbuhan ekonomi ini didorong stabilnya konsumsi rumah tangga dan tingginya pertumbuhan investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tumbuh stabil di sekitar 5 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara investasi tumbuh lebih tinggi di angka 5,4 persen per tahun.

(Baca: Jokowi Targetkan Tahun 2020 Pertumbuhan Ekonomi Mampu Capai 5,6%)

Tingkat investasi yang tinggi merupakan hasil dari perkembangan infrastruktur yang telah dijadikan prioritas pemerintah beberapa tahun belakang. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didorong tingginya pertumbuhan sektor jasa. Terutama di sektor teknologi informasi dan komunikasi yang mendorong perkembangan dunia digital Indonesia.

Sementara itu, sektor manufaktur yang dibidik untuk menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, tumbuh rata-rata 4,4 persen per tahun atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Hasilnya, sektor manufaktur kini berkurang di bawah 20 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).