Terjebak di 5%, Target Pertumbuhan Ekonomi Sulit Tercapai

Rizky Alika
12 April 2019, 05:00
data pertumbuhan ekonomi global, IMF, Katadata Insight Center, ekspor, konsumsi, data kontribusi sektoral terhadap pdb
Arief Kamaludin|KATADATA
Pembangunan gedung perkantoran di Jakarta. Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) baru saja memangkas pertumbuhan ekonomi global 0,2 poin dari estimasi Januari menjadi 3,3%. Angka itu 0,3 poin lebih rendah daripada realisasi 2018.

IMF melihat momentum pertumbuhan mulai hilang sejak paruh kedua 2018, ketika ekspansi ekonomi dunia melemah secara signifikan. Dalam laporan World Economic Outlook, pertumbuhan global sempat kuat 3,8% di paruh pertama 2018, tetapi turun menjadi 3,2% di semester berikutnya.

Advertisement

Ketegangan perdagangan global telah menimbulkan masalah ke berbagai negara. Misalnya, tekanan ekonomi makro di Argentina dan Turki, gangguan pada sektor otomotif di Jerman, dan pengetatan keuangan terkait normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Tiongkok.

Indonesia tak luput dari tekanan itu. IMF memproyeksikan pertumbuhan Tanah Air 5,2%, sama seperti tahun lalu. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah angka itu tetap sama di 2020. Padahal, proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun tersebut naik jadi 3,6%.

Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution mengatakan, ekonomi global yang sedang gloomy membuat Indonesia mengalami penurunan investasi dan ekspor tahun ini. Padahal, kedua komponen ini pendorong pertumbuhan ekonomi.

Bila investasi dan ekspor turun, maka dampaknya nilai Produk Domestik Bruto merosot. Target pemerintah untuk mencapai angka pertumbuhan 5,3% di 2019 sulit tercapai. "Kemungkinan pertumbuhan ekonomi 5,1%. Kalau bisa 5,2% saja, itu cukup bagus," kata dia di Jakarta, Kamis (11/4).

Tekanan global dari ketegangan perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok berdampak signifikan ke kinerja ekspor Indonesia. Pemerintah, menurut Damhuri, harus segera memperbaiki kinerja sektor industri dan pertanian kalau tak ingin terkena dampak lebih dalam.

(Baca: Adu Strategi Jokowi vs Prabowo Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, sektor industri memberikan kontribusi terbesar, yaitu 19,28%, terhadap PDB. Kemudian, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 13%, konstruksi 11,11%, dan pertanian sebesar 10,88%.

Setali tiga uang, Panel Ahli Katadata Insight Center Wahyu Prasetyawan menilai Indonesia dinilai sulit untuk mencapai target pertumbuhan 5,3%. "Bukan berarti tidak bisa tercapai. Tapi agak susah kalau terjadi stagnasi di tingkat global," ujarnya.

Penurunan ekonomi global sangat berpengaruh lantaran Indonesia merupakan negara terbuka. Artinya, Indonesia membuka diri terhadap negara lain dalam berbagai aspek, salah satunya kegiatan ekspor-impor. Bila ekonomi global menurun, ekspor ke Tiongkok diperkirakan anjlok.

Wahyu menyarankan, pemerintah meningkatkan konsumsi masyarakat guna menyerap hasil produksi dalam negeri. Hal ini untuk mengantisipasi penurunan ekonomi global tidak akan berdampak ke permintaan produksi. Bila konsumsi domestik meningkat, pertumbuhan pun akan terangkat.

(Baca: ADB: Pertumbuhan Indonesia Didorong Kuatnya Permintaan Domestik)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement