Pemerintah Targetkan Devisa Pariwisata Capai US$ 17,6 Miliar

Arief Kamaludin|Katadata
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berharap sektor pariwisata bisa menjadi penyumbang devisa terbesar tahun ini, setelah kelapa sawit dan batu bara.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
18/3/2019, 15.56 WIB

Pemerintah berupaya memperbaiki defisit transaksi berjalan tahun ini. Salah satu caranya dengan meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata menjadi US$ 17,6 miliar (Rp 250,3 triliun).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, sektor ini bisa menjadi penyumbang devisa terbesar, setelah kelapa sawit dan batu bara. "Langkah ini penting untuk menambah pasokan valas di dalam negeri dan menstabilkan rupiah," kata Perry di kantornya, Jakarta, Senin (18/3).

Sepanjang 2018, sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 14,11 miliar. Dari tahun ke tahun angkanya cenderung naik. Pada 2017, devisa pariwisata mencapai US$ 13,1 miliar, sebelumnya pada 2016 sebesar US$ 11,2 miliar, dan 2015 sebesar US$ 10,76 miliar.

Sumber-sumber pemasukan devisa pariwisata berasal dari tiket penerbangan, hotel, restoran, serta produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor ini juga menyerap tenaga kerja yang besar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dari total devisa US$ 17,6 miliar, pemerintah memperkirakan jumlah wisatawan mancanegaranya mencapai 20 juta kunjungan dalam setahun. Target itu naik 20,48% dari capaian tahun lalu yang hanya 16,6 juta kunjungan.

(Baca: BI Optimistis Defisit Transaksi Berjalan Susut Mulai Kuartal I 2019)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika