Nilai tukar rupiah kembali melemah pada kisaran 14.000 per dolar Amerika Serikat pada pekan ini setelah sempat menguat di kisaran 13.000 pada awal Februari. Sejumlah ekonom melihat ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, termasuk laporan defisit neraca perdagangan.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam memperkirakan rupiah akan ada di kisaran 14.000 sepanjang Februari. Saat ini, tidak cukup banyak isu yang menggerakkan aliran modal asing yang mempengaruhi pergerakan rupiah baik di global maupun domestik.
Dengan demikian, kondisi rupiah relatif stabil pada kisaran tersebut. “Masih di range keseimbangannya, 13.950-14.150 per dolar Amerika,” kata Pieter kepada Katadata.co.id, Jumat (15/2). (Baca: Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Buat Investor Grogi, Kurs Rupiah Tertekan)
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpandangan rupiah masih rentan melemah sebagai reaksi atas rilis neraca perdagangan yang defisitnya melebar US$ 1,15 miliar pada bulan lalu. Posisi ini lebih buruk daripada Desember 2018 maupun Januari 2018.
Akibatnya, pemain asing mulai menarik dananya dari pasar saham sebesar Rp 3 triliun dalam seminggu terakhir. Selain itu, mereka mengkhawatirkan defisit transaksi berjalan akan melebar pada 2019. Bhima memperkirakan rupiah bisa melemah hingga 14.100 per dolar pada akhir bulan ini.
Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah di perdagangan pasar spot pada Jumat (15/2) siang berada di posisi 14.117 per dolar. Artinya, rupiah melemah 0,20 % dibandingkan penutupan pada perdagangan hari sebelumnya.
(Baca: Darmin Nilai Defisit Dagang RI Membengkak karena Pelemahan Tiongkok)
Rupiah tercatat melemah bersama dengan mata uang Asia lainnya. Pelemahan terdalam terjadi pada won Korea sebesar 0,26 %, disusul Indonesia yang menempati posisi terdalam kedua di Asia.
Selanjutnya, ringgit Malaysia 0,17%, rupee India 0,13%, dan yuan Tiongkok dan dolar Taiwan masing-masing 0,06%. Adapun dolar Singapura melemah 0,05 %. Sementara baht Thailand mengalami penguatan tipis 0,04%.