Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 6%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan kebijakan itu tepat karena situasi perekonomian global dan domestik sudah jauh lebih tenang.

Dia menyinggung bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang masih belum bergerak dan aliran masuk dana asing ke pasar keuangan domestik. Aliran masuk tercermin dari nilai tukar rupiah tidak melemah. "Sekarang situasi jauh lebih tenang," kata Darmin di Jakarta, Kamis (17/1).

Darmin menjelaskan, dengan kondisi yang lebih tenang saat ini, pemerintah bisa mulai menyusun kebijakan yang diperlukan untuk menggenjot ekspor. Ini sebagai upaya untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan.

(Baca: Gubernur BI Pastikan Kebijakan Bunga Acuan Tetap Hawkish)

Adapun pemerintah dan BI membidik defisit transaksi berjalan turun dari perkiraan 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu, menjadi ke kisaran 2,5% terhadap PDB tahun ini.

Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan di level 6%. Keputusan itu mempertimbangkan berbagai faktor domestik dan global, termasuk kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang diprediksi tidak seagresif tahun lalu dan kembali mengalir masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik.

“Berdasarkan assesment baik sekarang maupun kondisi ke depan, ekonomi global, dalam negeri, dan berbagai faktor yang tadi kami sampaikan, rapat Dewan Gubernur pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk memertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

(Baca: Naik atau Turunnya Bunga AS Dinilai Bakal Mengancam Ekonomi Indonesia)

Meski begitu, ia menyatakan bunga acuan tetap hawkish alias agresif. Kebijakan itu bagian dari upaya menekan pelebaran defisit transaksi berjalan dan menjaga daya tarik aset keuangan dalam negeri.

"Stance kami sama, hawkish, preemptive, forward looking," kata dia dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (17/1).

Namun, ia mengatakan bunga acuan memang sudah hampir mencapai puncaknya. Ini dengan mempertimbangkan bahwa bank sentral AS tidak akan menaikkan bunga acuannya seagresif tahun lalu. Namun, ia menekankan, arah kebijakan ke depan akan tergantung pada penilaian atas berbagai faktor.

Reporter: Michael Reily