Kebijakan untuk meredam gangguan merupakan suatu kebijakan yang dibenarkan. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah desain kebijakannya. “Ini lebih kepada masalah desain, daripada pertanyaaan mengenai perlu atau tidak perlu,” ujarnya.

(Baca juga: Menko Darmin Harapkan Hot Money Bawa Rupiah Kembali ke 13.000)

Senada dengan Chatib, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan kebijakan reverse Tobin Tax bisa diterapkan secara fleksibel. "Ketika arus modal cukup kuat berarti tax-nya bisa dinormalisasi. Sekarang diskon pajaknya malah rendah sekali," kata dia.

Namun, ia menilai beberapa langkah lainnya lebih utama dilakukan saat ini, seperti pendalaman pasar keuangan dengan memperkaya instrumen penempatan yang tersedia. Sejauh ini, menurut dia, pasar keuangan dalam negeri masih kecil. Alhasil, investor asing tidak memiliki banyak pilihan instrumen untuk menempatkan dananya. Hal ini juga berisiko memicu bubble atau kenaikan harga yang terlalu tinggi atas aset finansial.

Di sisi lain, Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan reverse Tobin Tax memang diperlukan untuk menarik dana asing lebih besar. Namun, ia menilai kebijakan itu belum tepat diterapkan dalam kondisi pasar yang bergejolak seperti saat ini.

"Saat kondisi pasar lagi naik-turun, investor tidak bisa punya perspektif jangka panjang," kata dia. Untuk saat ini, ia pun menilai reverse Tobin Tax bisa diterapkan bagi investor jangka panjang seperti bank sentral negara lain.

(Baca juga: PPh Bunga Obligasi Dikaji Turun, Bank Hadapi Risiko Perebutan Dana)

Adapun selain reverse Tobin Tax, Chatib menekankan langkah yang perlu dilakukan pemerintah adalah mendorong lebih banyak investor lokal masuk ke pasar obligasi dan saham, agar tidak bergantung pada pembiayaan eksternal. Kemudian, insentif atau aturan agar BUMN, Dana Pensiun, Asuran si, Dana Haji, dan retail menempatkan investasi dala, obligasi pemerintah.

Ia juga menyarankan pembuatan produk di pasar keuangan agar orang Indonesia memiliki opsi menempatkan investasi portfolio dalam mata uang asingnya di Indonesia (on shore). Ketersediaan berbagai instrumen pasar keuangan ini akan meningkatkan pasokan dolar di dalam negeri.

Kemudian, perbaikan iklim investasi dan yang terpenting, dalam jangka menengah panjang, yaitu menggerakkan ekspor manufaktur dengan membuat produk lebih beragam dan memperluas tujuan ekspor.

Halaman: