Nilai tukar rupiah di pasar spot sampai dengan pukul 12.00 WIB berkisar Rp 14.925 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini menunjukkan penguatan tipis 0,03 % dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin, Selasa (4/9).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menyatakan pergerakan rupiah pada hari ini relatif stabil. Hal ini salah satu hasil dari monitoring bank sentral yang berusaha menjaga volatilitasnya rupiah.
"Pada pagi ini kami melakukan intervensi yang sangat kuat, kami lakukan decisive intervention. Kami menjaga volatilitas smooth," katanya, di Jakarta, Rabu (5/9). (Baca juga: Istana Minta Masyarakat Tak Panik dengan Pelemahan Rupiah)
Intervensi diterapkan BI melalui pasar valuta asing (valas) maupun surat berharga negara (SBN). Campur tangan bank sentral sejak awal tahun mencapai Rp 87,88 triliun di pasar SBN. Upaya stabilisasi melalui instrumen surat berharga ini dilakukan di pasar primer maupun sekunder.
(Baca juga: Ekonomi 2019 Diramal Membaik, BI Optimistis Rupiah Kembali ke 14.300)
Ekonom jebolan Claremont Graduate University AS Masyita Cristallin mengatakan, yang perlu dijaga BI memang lebih kepada volatilitas kurs rupiah ketimbang nilai tukar bertahan di level tertentu.
"Ini karena volatilitas bikin pengusaha sulit menjalankan usaha karena tak bisa menentukan revenue dan cost dengan baik," tuturnya kepada Katadata.co.id.
Masyita berpendapat, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS memang imbas faktor eksternal. Tapi, di internal Indonesia juga terdapat sejumlah isu yang tak kalah krusial terutama defisit neraca perdagangan serta devisa ekspor yang belum semua parkir di dalam negeri.
"Likuiditas dolar dalam negeri jadi terbatas. Ini seperti kolam yang dangkal dan dalam saat dilempar batu meski dengan ukuran sama. Riak global lebih berdampak jika likuiditas dalam negeri lebih kecil," katanya.
(Baca juga: Menanti Reaksi Obat Penguat Rupiah Racikan Pemerintah)