Ekonomi 2019 Diramal Membaik, BI Optimistis Rupiah Kembali ke 14.300
Walau tren nilai tukar rupiah beberapa hari ini menunjukkan pelemahan tajam hingga mendekati 15.000 per dolar Amerika Serikat, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis kurs mata uang Indonesia makin menguat pada tahun depan. Hal itu seiring terurainya tekanan global yang mereda pada 2019.
Karenanya, dia memprediksi pergerakan mata uang Garuda ini berada pada level Rp 14.300 -14.700 per dolar. “Kemungkinan tekanan akan mereda dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi di dunia, termasuk Amerika sehingga kenaikan bunga acuannya tidak setinggi tahun ini,” kata Perry di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Selasa (3/9/2018).
(Baca: Tekanan Menguat, Kurs Rupiah 15.400 per Dolar AS di Pasar Berjangka).
Seperti diketahui, pada perdagangan di pasar spot hari ini, rupiah melemah tajam mendekati level 15.000 per dolar. Efeknya, nilai rupiah di pasar berjangka atau forward melambung tinggi. Data Bloomberg menunjukkan rupiah ditutup pada level 14.935 per dolar di pasar spot, melemah 0,81 % dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Lagi-lagi, kejatuhan rupiah kali ini dipicu oleh faktor eksternal mulai dari dampak perang dagang yang dimotori Presiden Amerika Donald Trump, rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, hingga krisis ekonomi yang melanda Turki dan Argentina yang memicu sentimen negatif ke negara-negara berkembang lainnya.
Menurut Perry, selain ada perubahan di faktor global pada tahun depan, kondisi domestik pun diramal ikut membaik. Faktor penentu dari dalam negeri ialah defisit transaksi berjalan (CAD) yang diperkirakan jauh berkurang dari tahun ini.(Baca juga: Bank Indonesia Pantau Spekulan Rupiah melalui Bank).
Beberapa penopang perbaikan CAD ini seperti kebijakan pemerintah terkait penerapan biodiesel 20 % (B20) yang dapat menekan impor minyak hingga US$ 6 miliar. Penggunaan B20 juga dapat menambah ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). “Itu bisa menurunkan total defisit transaksi berjalan US$ 9-10 miliar,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga sedang menggenjot pariwisata untuk meningkatkan pasokan devisa dalam negeri. Perry memperkirakan tambahan devisa dari sektor ini mencapai US$ 3 miliar. Dengan demikian, setidaknya devisa meningkat US$ 12-13 miliar. Belum lagi langkah-langkah terkait pajak penghasilan (PPh) impor maupun penundaan sejumlah proyek yang segera dimumkan oleh pemerintah.
Kemudian, kenaikan bunga acauan Fed Fund Rate tahun depan diprediksi menurun dengan kenaikan bunga acuan sebanyak dua hingga tiga kali. Sementara, total kenaikan The Fed pada tahun ini diperkirakan mencapai empat kali.
Namun, di sisi lain, ketegangan perang dagang masih sulit untuk diprediksi. “Semoga ada solusi dari ketegangan perdagangan sehingga risiko di pasar keuangan global berkurang,” ujarnya. (Baca pula: Perang Dagang hingga Krisis Argentina Menekan Rupiah Mendekati 14.900).
Bila langkah-langkah tersebut terealisasi, kemungkinan target rupiah di level Rp 14.300 -14.700 per dolar akan tercapai. Adapun pemerintah mengasumsikan rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 pada posisi Rp 14.400 per dolar. Nilai tukar tersebut sudah memperhitungkan kondisi global pada tahun depan.