PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini menjadi 5,16% dari 5,3%. Asumsi utama ialah meningkatnya gejolak perekonomian global yang memengaruhi sikap regulator di dalam negeri.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4%. Adapun, realisasi hingga separuh tahun ini setinggi 5,27%. (Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 5,27%, Tertinggi Selama Periode Jokowi)
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menyebutkan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day (Reverse) Repo Rate (7DRRR) merupakan bentuk penyesuaian yang dilakukan bank sentral terhadap dinamika ekonomi internasional.
"Kebijakan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate berpengaruh (ke pertumbuhan ekonomi). Dulu kami lihat ke arah 4,75% tetapi ternyata itu berubah cukup cepat," katanya di dalam Paparan Proyeksi Makroekonomi Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8).
Suku bunga acuan BI kini di posisi 5,5% atau naik 150 basis poin (bps) sejak awal tahun. Kenaikan ini merupakan respons terhadap tren penaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS). Pasalnya, Fed Funds Rate memicu arus keluar dana asing (capital outflow).
Bank Mandiri memprakirakan, BI akan mengerek suku bunganya sekali lagi pada tahun ini ke posisi 5,75%. "Kenaikan bunga acuan BI menjelang akhir tahun, saat The Fed menaikkan bunga acuan terkahir kali tahun ini," ujar Anton.
Selain itu, dicermati pula perubahan harga komoditas terutama minyak. Harga minyak mentah dunia kini berada di posisi US$ 69,96 per barel, naik 15,88% dibandingkan dengan harga pada awal tahun US$ 60,37 per barel.
Selama tiga bulan terakhir, harga minyak dunia fluktuatif lantaran terbawa isu geopolitik Iran - Amerika, merosotnya ekonomi Venezuela, sertaa keputusan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
(Baca analisis: 5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia)