Jokowi  Peringatkan Kabinetnya Serius Atasi Kebutuhan Dolar

Laily Rachev | Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi pimpin rapat terbatas penanganan gempa Aceh di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (16/12)
31/7/2018, 14.12 WIB

Presiden Joko Widodo hari ini menggelar rapat terbatas (ratas) terkait upaya memperkuat pasokan  devisa. Dengan bertambahnya devisa, pemerintah akan lebih mudah menyelesaikan masalah defisit neraca berjalan dan pembayaran. Juga, akan mendongkrak posisi rupiah yang saat ini masih tertekan dolar Amerika Serikat.

Untuk itulah rapat tersebut digelar sebagai respons atas situasi perekonomian global dan untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Dalam pengantar rapatnya, Jokowi mengingatkan saat ini negara sedang membutuhkan arus masuk dolar Amerika untuk memperkuat ekonomi. (Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Cadangan Devisa Turun di Bawah US$ 120 Miliar).

Oleh sebab itu, dia memperingatkan kabinetnya yang mengendalikan kemernterian dan lembaga (K/L) untuk berfokus menghadapi isu tersebut dan mengimplementasikannya dengan serius. “Saya tidak mau lagi bolak-balik rapat tapi implementasi tidak berjalan baik,” kata Jokowi di Istana Bogor, Selasa (31/7).

Presiden Jokowi menekankan dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam rangka memperkuat devisa ini, yaitu pengendalian impor dan peningkatan ekpsor. Dia menjabarkan salah satu langkah yang mesti diambil yakni menghentikan impor barang yang tidak strategis. Hal ini juga bagian dari rencana untuk memperkuat ekspor barang Indonesia. Karena itu, dia meminta evaluasi secara detail impor barang yang tak strategis tersebut.

Pada pengantar rapat tadi, Jokowi juga menyinggung implementasi penambahan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang belum berjalan baik hingga saat ini. Padahal, kebijakan tersebut telah diambil sejak dua tahun silam. “Serta mendorong pertumbuhan industri substitusi impor,” kata dia.

Tak hanya itu, Jokowi  meminta Kabinet Kerja mengeluarkan strategi detail mengenai penguatan produk ekspor ke negara lain. Karenanya, hambatan perdagangan pun harus segera diselesaikan secepatnya, terutama kendala eksportir di negara tujuan. (Baca juga: Jokowi Minta Bantuan Konglomerat, BI: Total Devisa Ekspor Sudah 90%).

Ratas kali ini merupakan yang keseskian kalinya untuk membahas ketahan ekonomi Indonesia di tengah situasi global yang masih bergejolak, seperti efek bank sentral Amerika, The Fed, yang secara agresif terus menaikkan suku bunga acuannya. Juga akibat perang dagang yang diserukan Presiden Amerika Donald Trump ke sejumlah negara seperti Tiongkok, Meksiko, Kanada, dan Uni Eropa.

Menimbang kali ini bukan pertemuan pertama yanag membahas strategi kebijakan untuk memperkuat cadangan devisa, Jokowi pun kembali mengingatkan beberapa poin yang sudah dibahas dalam rapat sebelumnya. Salah satunya terkait permintaannya akan mandatori pemakaian biodiesel. “Saya minta update-nya karena data yang saya terima berpotensi menghemat besar sekali,” ujar Jokowi.

Tak hanya kepada jajarannya di pemerintah, Jokowi juga sempat meminta sejumlah konglomerat untuk membawa devisa hasil ekspornya (DHE) ke dalam negeri. Devisa itu dapat membantu penguatan nilai tukar rupiah, memperkecil defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan ekonomi domestik.

Permintaan tersebut disampaikan Jokowi saat bertemu dengan sekitar 40 konglomerat di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/7) malam. Mereka memiliki usaha dari berbagai sektor yang berinvestasi besar dan orientasi ekspor. Tampak hadir dalam pertemuan selama 2,5 jam itu pemilik Grup Djarum R. Budi Hartono, bos Grup Indofood Anthoni Salim, pemilik Rajawali Group Peter Sondakh, dan bos Wings Group William Katuari.

(Baca: Kumpulkan 40 Konglomerat, Jokowi Minta Devisa Ekspor Dibawa ke RI).

Ada pula pemilik Medco Group Arifin Panigoro, Chief Executive Officer (CEO) Sritex Iwan Lukminto, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir, hingga pemilik Panasonic Gobel Indonesia yaitu Rachmat Gobel. Hadir pula Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Perkasa Roeslani.