Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai kondisi ini sebetulnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia dalam mendongkrak ekspor.
Ia mengatakan, harga barang ekspor Indonesia menjadi lebih murah imbas pelemahan kurs rupiah. Ini membuat daya saing barang ekspor tersebut meningkat dalam perdagangan internasional. Maka itu, pihaknya berupaya memperbanyak barang ekspor untuk memanfaatkan kondisi sekarang ini.
"Jadi sebenarnya respons pertama kami adalah bagaimana caranya mengekspor dalam jumlah banyak," kata dia di Gedung Pusdiktlat Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (24/7). Dengan begitu, bisa meredam pemburukan neraca perdagangan sekaligus menyokong ekonomi.
(Baca juga: Penguatan Dolar Tak Banyak Membantu Kinerja Ekspor Sawit)
Ia pun memaparkan, kurs rupiah melemah 6,93% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Di Asia, level pelemahan tersebut lebih kecil dibandingkan peso Filipina dan rupee India, namun lebih besar dibandingkan sederet negara lainnya. "Negara yang lebih baik dari kita adalah Tiongkok 4,42%, kemudian baht Thailand, dong Vietnam, ringgit Malaysia, yen Jepang," kata dia.
Adapun sepanjang semester I tahun ini, pertumbuhan kinerja ekspor tercatat jauh tertinggal dari kinerja impor. Alhasil, neraca perdagangan mengalami defisit US$ 1,02 miliar. Kondisi defisit di semester I ini merupakan yang pertama kalinya sejak 2015.
(Baca juga: 3 Tahun Surplus, Neraca Dagang Semester I 2018 Defisit US$ 1 Miliar)
Secara rinci, ekspor tercatat sebesar US$ 88,02 miliar sepanjang semester I, atau tumbuh 10,03% secara tahunan, sedangkan impor US$ 89,04 miliar atau tumbuh 23,1% secara tahunan.
Pelemahan kurs rupiah memang tidak serta merta mendongkrak ekspor lantaran ada faktor lain yang berpengaruh. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono menjelaskan, ekspor minyak kelapa sawit mentah tak banyak terdongkrak lantaran harga jualnya tengah turun. Salah satu penyebabnya, stok minyak nabati yang melimpah.