Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), kembali menaikkan bunga acuan Fed Fund Rate sebesar 0,25% ke level 1,75-2%. Keputusan tersebut diambil melalui rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) yang digelar pada 12-13 Juni 2018. Kenaikan seiring dengan inflasi yang mendekati target sasaran 2% dan tingkat pengangguran yang turun.
Dalam pernyataan resminya, FOMC menyatakan peningkatan lapangan kerja menguat, secara rata-rata, dalam beberapa bulan belakangan, dan tingkat pengangguran telah menurun. Sementara itu, pertumbuhan pengeluaran rumah tangga telah naik, sedangkan investasi tetap bisnis terus tumbuh kuat.
Di sisi lain, secara tahunan, inflasi secara keseluruhan maupun inflasi di luar makanan dan energi telah mendekati level target 2%. “Melihat kondisi saat ini dan ekspektasi pasar tenaga kerja serta inflasi, komite memutuskan untuk menaikkan Fed Fund Rate ke level 1,75-2%,” demikian tertulis.
FOMC menyatakan, dalam menentukan waktu dan besaran kenaikan Fed Fund Rate di masa mendatang, pihaknya akan memperhitungkan kondisi ekonomi terkini dan ekspektasinya ke depan, relatif terhadap target ketenagakerjaan maksimum dan target inflasi 2%.
Seiring keputusan kenaikan bunga, beberapa proyeksi ekonomi The Fed berubah lebih optimistis. The Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di level 2,8% tahun ini, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada Maret 2,7%. Kemudian, angka pengangguran 3,6%, turun dari proyeksi sebelumnya 3,8%.
Inflasi diproyeksi berada di level 2,1% tahun ini, naik dari proyeksi pada Maret yang sebesar 1,9%. Seiring optimisme tersebut, Fed Fund Rate diproyeksi berada pada level 2,4% akhir tahun ini, naik dari proyeksi 2,1% pada Maret lalu. Hal ini mengindikasikan kenaikan dua kali lagi tahun ini.
(Baca juga: Kurs Rupiah Tersandera Dana Asing, Bunga Acuan Bisa Jadi Obat Mujarab?)
Seiring rilis kenaikan Fed Fund Rate dan proyeksi ekonomi yang lebih optimistis, imbal hasil Surat Berharga AS atau US Treasury sempat melonjak ke level 3%, meski kemudian kembali turun. Saat berita ini ditulis, imbal hasil berada di level 2,95%. Di sisi lain, pasar Asia bergejolak. Mayoritas indeks di bursa saham merah.