Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018. RDG Bulanan dilakukan menjelang rapat petinggi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) pada 12-13 Juni mendatang. Banyak pihak memprediksi bunga acuan The Fed bakal diputuskan naik lagi dalam rapat tersebut.
“RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan,” demikian tertulis dalam info terbaru di website BI, Jumat (25/5) malam. Adapun rapat ini tidak menggantikan RDG Bulanan reguler yang akan diselenggarakan sesuai jadwal.
(Baca juga: Gubernur Baru BI Perry Warjiyo Janji Respons Bunga Acuan Lebih Cepat)
Terakhir kali, BI menggelar rapat bulanan tambahan pada akhir Agustus 2013. Rapat juga dilakukan di tengah meningkatnya potensi kenaikan bunga acuan The Fed. Ketika itu, The Fed tengah berancang-ancang untuk menaikkan bunga acuan untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun ditahan rendah.
Potensi kenaikan tersebut memicu gejolak kurs rupiah, mirip dengan kondisi saat ini. Dalam rapat bulanan tambahan tersebut, BI memutuskan untuk menaikkan bunga acuan (ketika itu BI Rate) sebesar 0,5% ke level 7%.
(Baca juga: Gejolak Kurs Rupiah Diprediksi Bisa Berlangsung Hingga Akhir Tahun)
Belum bisa dipastikan apakah rapat tambahan kali ini bakal memutuskan kebijakan yang sama yaitu kenaikan bunga acuan. Namun, usai dilantik pada Kamis (24/5), Gubernur BI baru Perry Warjiyo memang memberi sinyal tersebut.
Perry menyebut kebijakan bunga acuan akan lebih ahead of the curve alias antisipatif. Sebelumnya, beberapa pihak menyebut kebijakan BI menaikkan bunga acuan pada pertengahan Mei 2018 lalu terlambat alias behind of the curve.
(Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Kerek Bunga Acuan 0,25% Jadi 4,5%)
"Kemarin sudah dinaikkan 0,25% (bunga acuan BI 7 Days Repo Rate). Kami akan merencanakan untuk preemptive, lebih ahead of the curve dalam respons kebijakan suku bunga," kata dia.