Inflasi hingga minggu ketiga Mei tercatat di kisaran 0,22 persen sebagaimana tercermin dalam survei pemantauan harga (SPH) Bank Indonesia. Besarnya inflasi periode ini seiring memasuki bulan Ramadan 1439 Hijriah. Pada periode tersebut, inflasi memang kerap tinggi.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kinerja tersebut terbilang baik dan inflasi dinilai cukup rendah. “Dibandingkan proyeksi awal di kisaran 0,55 persen,” kata Agus di perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (18/7).
Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, kata Agus, sebelum Ramadan hingga setelahnya, inflasi kerap naik. Harga beberapa komoditas pangan tertentu akan terkerek, seperti daging ayan, telur, dan bawang merah. (Baca: Pemerintah Prediksi Inflasi Ramadan Tak Melonjak Signifikan).
Untuk menjaga laju inflasi, Agus meminta berbagai pihak yang menangani lalu-lintas komoditas ini untuk saling berkomunikasi agar stok pangan tersebut tersedia. Selain itu, dia berharap masyarakat tidak berbondong-bondong memborong aneka pangan secara tidak wajar. “Membuat harga naik,” kata Agus.
Walau begitu, inflasi yang masih sesuai harapan ini perlu diantisipasi karena terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Karena itu, bank sentral benar-benar akan menjaga pergerakan inflasi dan stabilitas sistem keuangan.
Hingga akhir April kemarin, inflasi terjaga di angka 3,4 persen. Targetnya, inflasi pada tahun ini berada di level 3,5 plus-minus satu persen. “Kekuatan ekonomi kita adalah inflasi tiga tahun terakhir terjaga rendah dan stabil,” kata Agus. (Lihat pula: Tahan Rupiah Melemah, Ini Saran Ekonom Soal Besaran Kenaikan Bunga BI).
Sebelumnya, pemerintah menyampaikan optimismenya inflasi pada Ramadan tidak akan melonjak tajam seperti tren indeks harga konsumen selama lima tahun terakhir. Hal itu diantisipasi dengan intervensi harga pangan khususnya pada komoditas beras dan daging.
Pada 2017, inflasi Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni tercatat naik ke angka 0,39 dan 0,69 persen. Sementara pada 2014 hingga 2016, periode Ramadan jatuh pada Juni dan Juli. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juni dan Juli 2014 tercatat 0,66 dan 0,69 persen, Juni dan Juli 2015 sebesar 0,54 dan 0,93 persen; serta Juni dan Juli 2016 dengan tingkat inflasi 0,43 dan 0,93 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yakin inflasi semakin rendah setelah pada April 2018 inflasi hanya 0,10%. “Kami punya langkah khusus, salah satunya dengan kebijakan mendorong harga beras dan daging turun,” kata Darmin di Jakarta, Rabu (2/5).
Optimisme itu tercermin dari kontribusi bahan makanan (volatile foods) yang minus 0,05 atau deflasi sebesar 0,26 persen. Meski begitu, Darmin masih mengkaji indeks harga konsumen secara keseluruhan. Salah satu yang diwaspadai adalah peranan harga bahan makanan lain seperti bumbu masak sebagai penyumbang infasi. (Baca: Indeks Bahan Makanan Turun, Inflasi April 0,1 Persen)