Pemerintah melalui Kementerian Keuangan siap melaksanakan penjualan perdana Surat Berharga Negara (SBN) retail secara daring (online) tahun ini. Jenis SBN yang ditawarkan yakni Savings Bond Retail (SBR). Penjualan bakal dilakukan melalui sistem elektronik yang disediakan mitra distribusi seperti bank, perusahaan efek hingga perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech).
Berbeda dengan Obrigasi Ritel Indonesia (ORI) yang mempunyai kupon tetap, SBR memiliki kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with floor). Selain itu, SBR adalah instrumen investasi yang tidak dapat diperdagangkan. Meski begitu, ada fasilitas early redemption alias pencairan sebagian pokok sebelum jatuh tempo.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman menjelaskan, penjualan SBR secara online dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pembelian. Harapannya, para generasi muda yang dekat dengan teknologi digital juga bisa ikut membeli.
"Jadi kami punya instrumen yang bisa diakses buat generasi milenial," kata Luky di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (6/4). (Baca juga: Tarik Investor Lokal, Kemenkeu Perbanyak Obligasi Retail di 2018)
Seri SBR yang akan ditawarkan adalah SBR003 dengan tenor dua tahun dan early redemption sebanyak satu kali setelah 12 bulan. Adapun kuota pencairan maksimal yaitu 50%, dengan nominal minimal pencairan Rp 2 juta, kelipatan Rp 1 juta.
Pemerintah menetapkan, minimal pemesanan SBR003 sebanyak Rp 1 juta dan maksimal pemesanan sebanyak Rp 3 miliar. Untuk harganya akan menggunakan acuan BI 7 Days Repo Rate ditambah spread, sedangkan imbal hasil (yield) dipastikan di atas bunga deposito. Pemerintah pun menargetkan penjualan sebesar Rp 1 triliun.
(Baca juga: Rilis Obligasi Retail Rp 40 Triliun, Pemerintah Perlu Naikkan Bunga)
Saat ini, pemerintah tengah membuka pendaftaran untuk bank, perusahaan efek, dan fintech yang berada di bawah kepengawasan Ototritas Jasa Keuangan (OJK) agar bekerja sama dengan pemerintah melakukan penjualan SBR retail secara online.
Adapun sebanyak 15 calon mitra tercatat sudah ikut dalam program uji coba (pilot project) penjualan SBN retail secara online, yaitu enam bank, dua perusahaan efek, dan satu fintech. Sedangkan bank yang telah menyatakan kerja sama adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Permata, dan DBS Bank; perusahaan efek PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk dan PT Bareksa Portal Investasi; serta fintech PT Investree Radhika Jaya.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan jika minat masyarakat terhadap penjualan secara online besar, pemerintah dapat mempertimbangkan penjualan SBN secara online seluruhnya. "Apakah akhirnya pemerintah menutup sama sekali penerbitan offline? bisa saja," kata dia.