Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merespons laporan Badan Pusat Statistik yang merilis pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 sebesar 5,07%. Pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai target APBN 2017 sebesar 5,2% ini disebabkan konsumsi masyarakat yang hanya mencapai pertumbuhan 4,95% atau melambat 0,05% dari 2016.
"Karena konsumsi kita tidak meloncat, kalau anda lihat pertumbuhan ekonomi dapat 5-6% itu (dengan) pertumbuhan konsumsi di level 5,5% bahkan 6%," kata Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/2).
Sri menyatakan pemerintah masih mempelajari penyebab melambatnya konsumsi rumah tangga. Salah satu perkiraannya karena inflasi 2017 yang lebih tinggi dari 2016 lalu. "Kami lihat (konsumsi) kuartal terakhir lebih lemah dari tahun lalu, mungkin karena inflasi lebih tinggi," ujar dia.
(Baca juga: Konsumsi Masyarakat Lesu, Pertumbuhan Ekonomi 2017 Tertahan 5,07%)
Meski pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 di bawah target, Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2017 yang mencapai 5,19% merupakan pencapaian yang baik. "Lebih tinggi dari perkiraan, karena prediksi kami 5,11%," kata dia.
Sri Mulyani juga memaparkan data BPS mengenai kenaikan Pembentukan Modal Tetap Bruto atau investasi yang cukup terjaga di atas 6% menunjukan hal yang positif. Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang bertopang investasi merupakan hal yang diinginkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Memang pak Presiden ingin fokus pada investasi," kata dia. (Baca juga: Laju Ekonomi 2017 di Bawah Target, Darmin Lihat Perbaikan Tahun Ini)
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menyambut baik ekspor yang tumbuh di atas 8%. Data pertumbuhan impor menandakan kebutuhan akan bahan baku serta bahan penolong mulai membaik. "Industri seperti lembar baja, makanan, serta tekstil juga meningkat di atas 6%," kata dia.
Dia juga menambahkan untuk semester pertama tahun ini laju pertumbuhan investasi akan terus coba dijaga. Oleh sebab itu pemerintah akan terus menjalankan arahan Jokowi untuk memperkuat investasi dengan perbaikan izin usaha dan mempermudah aturan serta kebijakan.
"Kalau bisa stabil kami optimis bisa mendapat pertumbuhan investasi di atas 7%," kata dia.
Sementara itu Gubernur Bank Indonesia Agur Martowardojo menyarankan pemerintah harus meningkatkan reformasi struktural terutama di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia, inovasi, hingga terus memacu pembangunan infrastruktur.
"Dengan begitu kita dapat menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," ujar Agus.