Ketergantungan Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai sedikit menurun. Hal itu tercermin dari transaksi dalam valuta asing (valas) yang terus berkurang. Alhasil, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mereda tahun ini.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan transaksi pasar uang menggunakan rupiah meningkat dari Rp 23,6 triliun rupiah per hari menjadi Rp 28,9 triliun per hari. Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi menggunakan valas turun dari rata-rata US$ 5,5 miliar per bulan menjadi sekitar US$ 1,5 hingga US$ 1,8 miliar per bulan.
"Transaksi rupiah yang sebelumnya dilakukan dalam valas terus membaik,” kata Agus saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (28/12). “Kelihatan pelaku ekonomi Indonesia semakin tertib dan semakin taat azas."
Seiring dengan kondisi tersebut, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat mereda. Agus menjelaskan, sepanjang tahun ini hingga 21 Desember 2017, nilai tukar rupiah memang melemah 0,78%. Namun, rata-rata volatilitasnya turun dari kisaran 8% tahun lalu, menjadi 3% tahun ini.
"Rupiah cenderung stabil sepanjang 2017 meski ada tekanan di awal kuartal IV 2017 karena ada pengumuman rencana AS meluncurkan paket pajak khusus dan ada ketidakpastian Yellen sebagai chairwomen The Fed (Pimpinan bank sentral AS)," kata Agus. (Baca juga: Ekonom Peringatkan Dolar AS Berisiko Makin Kuat di 2018)
Menurut dia, salah satu pendorong penurunan transaksi dalam dolar AS yaitu kerja sama BI dengan bank sentral Malaysia dan Thailand terkait penggunaan mata uang lokal dalam transaksi dagang antarnegara. Maka itu, BI pun menjajaki kerja sama serupa dengan bank sentral negara lainnya, yaitu Tiongkok, Jepang, dan Filipina.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pihaknya sudah mulai berkomunikasi dengan ketiga negara tersebut. "Tapi ini masih tataran komunikasi," kata dia. (Baca juga: Tinggalkan Dolar, RI, Malaysia & Thailand Transaksi Pakai Uang Lokal)
Adapun saat ini, BI masih fokus dengan kerja sama yang sudah dijalin dengan bank sentral Malaysia dan Thailand. "Fokus kami di 2018, sebanyak 17 bank (yang sudah ikut kerja sama) bisa meningkatkan transaksi non dolar Amerika Serikat-nya. Jadi implementasinya kami fokuskan," ujar dia.