Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan kinerja perekonomian pada kuartal I-2017 sudah membaik. Dia juga optimistis, ke depan perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi setelah mendapat peringkat layak investasi (investment grade) dari Standard & Poor's (S&P).
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun ini sudah mulai masuk di atas 5 persen. Meski pertumbuhannya tak terlalu besar, hal ini jarang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. "Gini ratio juga membaik tadinya 0,41 menjadi 0,39. Kemudian tingkat pengangguran juga menurun menjadi 5,61 persen," kata Darmin saat diskusi bertajuk Ekonomi Kini dan Esok di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (13/6).
Menurutnya kinerja perekonomian membaik akibat bertambahnya motor penggerak ekonomi, yakni di sektor perdagangan luar negeri ekspor-impor. Selama ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dimotori oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Jika ketiga unsur utama ini sudah bisa mendorong pertumbuhan, mengindikasikan fondasi ekonomi yang kuat.
(Baca: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi 2017 Bisa Capai 5,3 Persen)
Selain itu, hadirnya berbagai regulasi yang dibuat pemerintah juga membantu iklim perekonomian semakin baik yang akan terlihat di sektor fiskal. "Itu adalah sesuatu yang menjadi idaman para pengambil keputusan, pengambil kebijakan," ujarnya.
Darmin cukup yakin perekonomian Indonesia akan lebih baik lagi ke depan. Apalagi lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) telah menyematkan predikat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia. S&P juga menaikkan peringkat Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada pertengahan Mei lalu.
Darmin menuturkan, peringkat yang disematkan S&P menunjukkan bahwa masyarakat internasional percaya bahwa Indonesia telah melakukan perbaikan di berbagai sektor ekonomi. "Orang percaya kinerja ekonomi Indonesia baik, pertumbuhannya, fiskal, dan moneternya," ujarnya.
(Baca: Indeks Keyakinan Konsumen Rekor Tertinggi, Konsumsi Akan Menguat)
Selain S&P, Indonesia juga telah mendapat Dengan disematkan predikat predikat layak investasi dari Moody’s Investor Services dan Fitch Ratings. Darmin yakin Indonesia akan menjadi negara tujuan investasi, khususnya investor jangka panjang. Investor ini biasanya mencari negara yang memiliki tiga predikat layak investasi.
"Pemilik dana jangka panjang yang paling konservatif adalah pension fund. Mereka tak hanya cari untung paling besar, namun yang lebih stabil dan cocok dengan kebutuhan mereka. Jadi itulah kenapa negara-negara yang dipercaya tiga lembaga pemeringkat akan punya dana jangka panjang masuk," kata Darmin.
Darmin mengatakan, jika dana jangka panjang tersebut masuk ke Indonesia, investor akan menukarkan uangnya ke Rupiah untuk berinvestasi. "Mekanisme seperti itu yang membuat kami percaya bahwa pertumbuhan kita masih lebih baik," lanjutnya. (Baca: Darmin Tak Akan Pusing Jika Amerika Jadi Naikkan Bunga The Fed)
Meski begitu, Darmin beranggapan masih perlunya kebijakan pemerataan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan perubahan transformasi anggaran dari subsidi ke pengeluaran di tiga sektor. Ketiganya adalah infrastruktur, pendidikan, dan bantuan sosial.
Pemerataan ekonomi juga bisa tercipta dengan pengembangan infrastruktur. Apalagi, infrastruktur dalam hal konektivitas di Indonesia sudah cukup tertinggal. Pemerataan ekonomi pun dilakukan dengan pengembangan sektor-sektor yang penting dalam transformasi ekonomi, antara lain industri manufaktur, pariwisata, dan perikanan.
"Sektor ini penting karena ini tulang punggung dari transformasi ekonomi. Perbaikan ini harus lahir kegiatan ekonomi yang berikan hasil relatif lebih baik," kata Darmin. (Baca: Tak Seoptimistis Pemerintah, DPR Sepakati Ekonomi 2018 Tumbuh 5,2-5,6%)