Peluang Indonesia untuk mendapatkan pembiayaan dan investasi semakin terbuka setelah menggenggam peringkat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat internasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia jadi memiliki akses terhadap US$ 700 miliar atau sekitar Rp 9.310 triliun dana investasi (investment fund).
"Dengan investment grade, banyak muncul perbankan internasional menawarkan financing (pembiayaan) ke Indonesia. Kami bahkan bisa mengkases US$ 700 miliar investment fund yang selama ini enggak bisa masuk ke Indonesia karena kami belum investment grade," kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/6).
Mei lalu, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) akhirnya memberikan peringkat layak investasi untuk utang luar negeri Indonesia. Pemerintah telah lama menunggu peringkat dari S&P tersebut untuk melengkapi peringkat layak investasi yang telah diberikan dua lembaga pemeringkat utama lainnya yaitu Fitch Ratings dan Moody’s Investors Service.
Peringkat layak investasi menjadi penting lantaran menunjukkan bahwa risiko gagal bayar utang pemerintah relatif rendah. Menurut Sri Mulyani, sebelum mendapatkan peringkat layak investasi dari S&P, akses Indonesia terhadap sejumlah pembiayaan dan investasi tertahan. “Mereka (lembaga pembiayaan dan pengelola dana investasi) hanya boleh masuk ke negara yang mempunyai investment grade dari tiga lembaga (pemeringkat utama),” ujar dia.
Ke depan, dengan peringkat layak investasi, ia meyakini biaya pinjaman (cost of borrowing) khususnya untuk pendanaan infrastruktur bakal lebih murah. Sebab, makin banyak penawaran pinjaman sehingga pemerintah tak perlu menawarkan bunga yang tinggi. (Baca juga: Efek Peringkat S&P, Pemerintah Optimistis Surat Utang Negara Diburu)
Hal senada disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. Kenaikan peringkat utang akan memancing investasi masuk, baik ke instrumen portofolio maupun investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI).
Menurut dia, manajer portofolio seperti JP Morgan dan Bank of America bisa saja meningkatkan porsi investasinya di Indonesia. Selain itu, banyak lagi pengelola dana investasi yang berpeluang masuk, di antaranya dari Jepang. (Baca juga: Pasca Peringkat S&P, Ekonom Ramal Efek Berantai Banjir Dana Asing)
"Portofolio manajer yang ada di Jepang juga mensyaratkan tiga lembaga rating utama harus beri investment grade untuk memperbesar porsi. Negara seperti Brazil yang ada koreksi rating, akhirnya (dana investasinya) dialokasikan (manager portofolio) ke Indonesia," ujar Agus.