Pemerintah masih mengkaji kemungkinan perubahan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum ada rencana mengubah asumsi pertumbuhan ekonomi. Yang kemungkinan berubah adalah asumsi harga minyak mentah.
Sri Mulyani mengatakan target pertumbuhan ekonomi masih 5,1 persen, meski ia pernah berujar ekonomi berpotensi tumbuh 5,2 persen tahun ini. "Masih tidak akan kami ubah (target pertumbuhan ekonomi)," kata dia di kantor Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, Selasa (9/5). (Baca juga:Kuartal I Memuaskan, Darmin Ramal Ekonomi Tumbuh 5,3% Tahun Ini)
Ia meyakini pertumbuhan ekonomi lebih baik, tahun ini. Penopangnya, belanja pemerintah yang lebih kuat lantaran tidak ada pemangkasan belanja seperti tahun lalu. Selain itu, investasi juga diyakini membaik seiring dengan optimisme perbankan dan korporasi. (Baca juga: Sri Mulyani: Investasi dan Ekspor Jadi Penggerak Ekonomi 2017)
Tahun ini, target pertumbuhan kredit bank mencapai 10 hingga 12 persen. Di sisi lain, minat korporasi untuk melantai di bursa saham juga meningkat dan neraca keuangan korporasi membaik.
Meski asumsi pertumbuhan ekonomi belum berubah, namun Sri Mulyani sempat mengungkapkan kemungkinan perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dari US$ 45 per barel menjadi US$ 50 per barel. Hal itu dengan mempertimbangkan tren kenaikan harga minyak dunia.
“Kami mengasumsikan US$ 45 per barel, mungkin akan berkisar US$ 50,” kata dia seperti dikutip Reuters, usai menghadiri pertemuan Dana Moneter International dan Bank Dunia di Washington D.C, April lalu. Bila asumsi tersebut berubah, maka bakal ada penyesuaian nominal pendapatan negara. (Baca juga: ICP Diusulkan Naik, Kementerian ESDM Belum Tentukan Harga BBM)
Hal senada disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara. "Memang rata-ratanya (ICP) tahun ini mungkin bisa mencapai US$ 50 per barel. Dari situ ada potensi naik pendapatannya, nanti kami hitung lagi. Tapi juga harus hitung dari exchange rate-nya (kurs mata uangnya). Dikalikan kurs dengan lifting-nya. Kan dikombinasikan," ujarnya.
Sementara itu, Suahasil memperkirakan asumsi APBN lainnya masih sama. Nilai tukar rupiah, misalnya, diperkirakan tetap Rp 13.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Lifting minyak bumi sebesar 780 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1,15 juta barel setara minyak per hari. "Asumsi APBN rata-rata semuanya on the track," ujar dia.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, pemerintah perlu mengkaji dulu perkembangan ekonomi hingga Mei sebelum merancang APBN-P. Hal itu dilakukan agar penetapan target menjadi lebih akurat. (Baca juga: Cegah Belanja Ugal-ugalan, Sri Mulyani Dorong Mahasiswa Kritisi APBN)
"Mungkin (APBN-P) Juli, kalau Menteri Keuangan dan Presiden setuju. Tapi evaluasi kan sampai Juni, enggak bisa lihat sekarang. Sekarang kan seolah-olah bagus padahal belum selesai. Semua parameter (dikaji) sampai Mei palingan," tutur Askolani.