Konsumen Pesimistis, Belanja Masyarakat Kuartal I Diprediksi Turun

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
10/2/2017, 10.30 WIB

Pemerintah melihat konsumsi masyarakat akan menurun selama kuartal I ini. Alasannya, masyarakat lebih menahan diri untuk berbelanja sampai memasuki bulan puasa pada Mei mendatang. Namun, ekonom melihat kondisi ini karena masyarakat tak yakin dengan perbaikan ekonomi hingga pertengahan 2017.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, kondisi saat ini memang menunjukan masyarakat menahan diri untuk berbelanja. Tapi, dia optimistis nafsu belanja masyarakat akan meningkat seiring tibanya bulan puasa pada Mei 2017.

Sebelum momen tersebut tiba, masyarakat sudah bertambah daya beli berkat hasil panen yang biasa terjadi pada bulan Maret. Dengan begitu, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya pada bulan puasa dan Lebaran. (Baca: Daya Beli Masyarakat Tahun Ini Diramal Tak Terpukul Inflasi Tinggi)

“Masyarakat menahan belanja di kuartal I, baru kemudian belanja saat Lebaran,” kata Darmin di kantornya, Kamis malam (9/2). “Tapi semestinya tidak sejauh itu (penurunan sampai Mei), dia nahan-nahan (belanja).”

Penurunan konsumsi masyarakat tergambar dari hasil survei Bank Indonesia (BI). Bank sentral mencatat, indeks ekspektasi konsumen terhadap ekonomi enam bulan ke depan menurun 1,5 poin menjadi 126,4 per Januari 2017. Hal ini sejalan dengan penurunan indeks kegiatan usaha sebesar 7,2 poin menjadi 125,1. Sebab, pengusaha berproduksi dan berekspansi sesuai dengan permintaan masyarakat.

(Baca: Sri Mulyani Akui Rendahnya Investasi Jadi PR Pemerintah di 2017)

Kondisi tersebut kemudian tercermin dalam hasil survei penjualan eceran oleh BI, yang memperkirakan melambat pada Januari 2017. Indeks penjualan riil (IPR) Januari diperkirakan hanya tumbuh 9,5 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini melambat dibanding Desember 2016 sebesar 10,5 persen ataupun Januari 2016 12,9 persen.

Perlambatan pertumbuhan paling besar terjadi pada kelompok makanan yang hanya 8,5 persen dari sebelumnya 10,5 persen. Sedangkan kelompok di luar makanan hanya naik tipis dai 10,4 persen menjadi 10,9 persen.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingih menilai, penurunan ekspektasi konsumen hingga enam bulan ke depan menunjukkan ketidakyakinan masyarakat terhadap perbaikan ekonomi hingga pertengahan tahun. “Jadi konsumen melihat sebetulnya ada potensi (tumbuh) jangka menengah yang lumayan, tapi kenyataannya tidak sebaik yang diharapkan,” kata dia.

Berdasarkan pada kondisi itu, Lana pesimistis pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan membaik pada kuartal I ini. Apalagi, menjelang puasa dan Lebaran masyarakat memang menahan diri untuk berbelanja. “Sama seperti tahun potensi di kuartal I konsumsi ditahan karena persiapan untuk puasa dan Lebaran di Mei-Juni.”

(Baca: Jaga Inflasi, Pemerintah Cari Waktu Naikkan Harga BBM)

Secara keseluruhan, Lana menaksir pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun nanti tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Alhasil, dia pesimistis pertumbuhan ekonomi 5,1 persen tahun ini dapat tercapai. Sebab, investasi swasta diperkirakan belum akan baik, terutama Penanaman Modal Asing (PMA).

Sementara itu, harga komoditas juga diproyeksi tidak akan meningkat signifikan. Dampaknya, pertumbuhan ekspor tidak terlalu tinggi. Jadi, Lana menilai, belanja pemerintah masih akan menjadi motor utama penggerak perekonomian tahun ini.

“Andalannya cuma di pemerintah, itu dengan catatan tidak ada pemangkasan, tidak ada masalah di cashflow dan yang lainnya.”