BI Ramal Inflasi 2016 Terendah dalam 7 Tahun Terakhir

Arief Kamaludin|KATADATA
19/12/2016, 17.39 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo meramalkan, inflasi bulanan pada Desember ini hanya mencapai 0,5-0,6 persen. Dengan demikian, secara tahunan inflasi bakal berada di level 3,2 persen pada 2016 atau terendah sejak 2010.

Agus menuturkan, inflasi telah terjadi mulai pekan pertama Desember meski masih kecil yaitu 0,18 persen. Hal ini mengacu pada survei mingguan BI. Penyebab utamanya adalah kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah (administered price). Inflasi diyakini tak akan menanjak signifikan hingga penghujung tahun.

“Inflasi akhir Desember 2016 dikisaran 0,5-0,6 persen. Setahun penuh 3,2 persen lebih rendah dibanding tahun lalu 3,35 persen. Artinya inflasi tahun ini terkendali,” tutur Agus usai menggelar Peluncuran Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 di Blok M Square, Jakarta, Senin (19/12).

(Baca juga: Menko Darmin: Inflasi 2016 Diperkirakan 3 - 3,1 Persen)

Bila ramalan BI ini terbukti benar, maka inflasi tahun ini bakal jadi yang terendah sejak 2010. Mengacu pada data Badan Pusat Statistis (BPS), sejak 2010 hingga 2016, inflasi tahunan secara berturut-turut sebesar 6,96 persen; 3,79 persen; 4,3 persen; 8,38 persen; 8,36 persen; dan 3,35 persen.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makro Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung juga memaparkan ramalan senada. “Minggu pertama ini memang masih rendah, tapi di minggu kedua semoga (naik), enggak terlalu tinggi juga. Kami perkirakan di sekitar 0,5-0,6 persen di Desember,” kata Juda.

Menurut dia, bila mengacu pada pola tahunan, inflasi di akhir tahun biasanya disebabkan oleh kenaikan harga pangan yang bergejolak (volatile food). Ini juga diikuti dengan kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered price). (Baca juga: Agar Tarif Listrik Tak Setrum Inflasi, Pemerintah Jaga Harga Pangan)

Tahun depan, Juda mengingatkan adanya risiko kenaikan inflasi akibat rencana pemerintah menyesuaikan administered prices terutama Tarif Dasar Listrik (TDL) dan elpiji. Jika dilakukan secara bersamaan, inflasi bisa tembus dari target empat persen plus minus satu persen. Padahal tahun depan pertumbuhan ekonomi ditarget sebesar 5-5,4 persen.