Sri Mulyani: Pondasi Ekonomi Kuat Hadapi Bunga The Fed

Arief Kamaludin|KATADATA
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyaksikan barang sitaan narkoba oleh BNN dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.
15/12/2016, 19.24 WIB

Sekadar informasi, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan menaikkan Fed Fund Rate sebesar 0,25 persen ke rentang 0,5 – 0,75 persen, pada Rabu (14/12). The Fed memprediksi, bakal ada kenaikan bunga tersebut sebanyak tiga kali tahun depan. Meski begitu, sejumlah pelaku pasar melihat kemungkinan kenaikannya cuma dua kali tahun depan.    

Meski pondasi ekonomi Indonesia kuat, indeks lokal dan kurs rupiah tak luput dari tekanan imbas kenaikan Fed Fund rate. Pada perdagangan Kamis ini, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 0,16 persen ke level 5.254. Pelemahan juga dialami sejumlah indeks bursa saham di negara Asia.

(Baca juga: BPS Taksir Pelemahan Rupiah Sejak November Akan Berlanjut)

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,77 persen, Straight Times Indeks STI turun 0,79 persen, Shanghai SE Composite di Cina melemah 0,73 persen, FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 0,38 persen, dan indeks Kospi di Korea turun tipis 0,01 persen.

Kurs mata uang Asia juga melemah serentak. Bahkan, pelemahan rupiah termasuk yang terbesar. Pelemahan mata uang Asia dipimpin yen Jepang yang merosot 1,11 persen, lalu won Korea 0,72 persen, dan rupiah 0,68 persen ke level 13.383 per dolar AS.

Pelemahan yang cukup besar juga dialami dolar Taiwan sebesar 0,53 persen, real India 0,59 persen, yuan Cina 0,44 persen, dan ringgit Malaysia 0,44 persen. Selain itu, bath Thailand melemah 0,37 persen, peso Filipina 0,18 persen, dolar Singapura 0,17 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen.

Halaman: