Rupiah Dibuka Melemah, Tertekan Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan RI
Nilai tukar rupiah dibuka melemah di level Rp 15.979 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin pagi (20/5). Padahal Jumat lalu, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.955 per dolar AS.
Sejumlah analis memperkirakan rupiah akan kembali melemah pada hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana bahkan, memperkirakan rupiah akan terdepresiasi atau melemah di level Rp 15.950 - Rp 16.150 per dolar AS.
"Hal ini didorong faktor peningakatan geopolitik Rusia-Ukraina dan Iran-Israel," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Senin (20/5).
Selain itu, pelemahan rupiah juga terjadi karena kekhawatiran pasar terhadap defisit neraca transaksi berjalan Indonesia di kuartal I 2024. Data tersebut akan dirilis pada hari ini dan diwaspadai oleh pasar.
Fikri masih melihat peluang positif penurunan suku bank sentral AS, The Fed pada September dan Desember 2024 berdasarkan perhitungan data odds ratio yang cenderung meningkat.
Dengan begitu, Fikri berharap, index DYX bisa lebih rendah. Ini merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Tertekan Data Inflasi dan Impor AS
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra justru mewaspadai keraguan pasar atas penurunan inflasi AS yang naik melebihi ekspetasi pasar pada April 2024. Kenaikan harga barang impor juga akan mendorong inflasi AS.
"Sentimen ini bisa mendorong pelemahan rupiah dan mungkin tertahan di bawah Rp 16.000 per dolar AS karena pasar masih memiliki ekspetasi tinggi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini," kata Ariston.
Apalagi, pada awal Mei lalu, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberi sinyal peluang tidak ada kenaikan suku bunga AS pada tahun 2024. Kemudian faktor penurunan inflasi AS yang mengalami kemajuan dan sentimen terhadap aset berisiko mulai membaik.
Bahkan, kata dia, indeks saham global menguat, demikian pula harga emas, kripto dan nilai tukar lain terhadap dolar AS. Hal ini turut berpeluang mendorong pelemahan rupiah pada hari ini.
Tak berbeda, Analis Mata Uang Lukman Leong juga memperkiraka rupiah akan dibuka datar atau cenderung melemah terbatas pada hari ini, karena investor mengantisipasi data neraca transaksi berjalan Indonesia.
"Investor juga cenderung wait and see, mengantisipasi risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini," kata Lukman.
Biasanya, rapat FOMC ini digelar oleh para petinggi The Fed untuk menentukan arah kebijakan moneter di AS dengan mengerahkan operasi terbuka (OMO).