Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III lalu hanya 5,02 persen, lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,18 persen. Penyebabnya, pertumbuhan konsumsi pemerintah minus 2,97 persen. Demi mencapai target pertumbuhan 5,1 persen, pemerintah akan menggenjot belanja pemerintah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui, pertumbuhan melambat karena pemerintah memangkas anggaran dua kali pertengahan tahun ini lantaran seretnya penerimaan. Alhasil, pertumbuhan konsumsi pemerintah secara kuartalan anjlok dari 36,16 persen pada kuartal II menjadi minus 0,2 persen pada kuartal III lalu.

Imbasnya, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun. PMTB merupakan pengeluaran untuk barang modal sebagai investasi, seperti untuk bangunan, jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Secara tahunan, pertumbuhannya turun satu persen menjadi 4,06 persen pada kuartal III lalu, dan secara kuartal berkurang 0,02 persen menjadi 2,53 persen.

Karena itulah, Sri Mulyani menargetkan belanja pemerintah akan meningkat di sisa tahun ini untuk mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal IV. Berdasarkan perhitungannya, dia optimistis penyerapan anggaran tahun ini bisa melebihi 95 persen dari target atau lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Seperti diketahui, setelah menjadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani memangkas belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) dua kali sehingga saat ini menjadi Rp 1.952,3 triliun. Sri Mulyani berharap, penyerapan anggaran mencapai 95-97 persen dari target atau maksimal Rp 1.893,7 triliun.

(Baca: Kalla Optimistis Ekonomi Kuartal IV Tumbuh Lebih Tinggi)

Per September lalu, belanja negara baru mencapai Rp 1.305,5 triliun. Artinya, pemerintah siap menggelontorkan anggaran senilai Rp 549,2 triliun-Rp 588,2 triliun pada kuartal IV ini sehingga serapannya menjadi 95-97 persen. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan terdongkrak.

“Yang biasanya tidak terbelanjakan itu sebesar lima persen, itu bisa menurun menjadi hanya dua persen. Itu positif, karena kalau dilihat dari kuartal III belanja pemerintah dianggap melambat,” kata Sri Mulyani usai Rapat Koordinasi (Rakor) tentang Indonesia National Single Window (INSW) di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/11).

Ia yakin target realisasi belanja negara hingga 95-97 persen ini dapat tercapai. Sebab, Presiden Joko Widodo sudah merilis banyak aturan untuk mempercepat pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Selain itu, ada tim evaluasi dan pengawasan realisasi anggaran (Tepra).

Di tempat terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga berharap pertumbuhan ekonomi kuartal IV ini akan lebih baik. Optimisme ini ditopang oleh penyerapan belanja pemerintah yang membaik dan dapat berimbas kepada indikator pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti konsumsi masyarakat.

"Biasanya paling banyak anggaran pemerintah keluar akhir tahun, jadi saya masih optimis," kata Kalla. (Baca: Belanja Rumah Tangga Topang Ekonomi Kuartal III Tumbuh 5,02 Persen)

Di sisi lain, Ekonom Chatib Basri mengingatkan pemerintah agar memperhatikan tren perlambatan pertumbuhan investasi dan ekspor hingga kuartal III lalu. Sedangkan pertumbuhan pengeluaran pemerintah turun signifikan akibat pemangkasan anggaran.

“Tapi pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen tidak terlalu buruk di tengah pemotongan anggaran yang signifikan,” kata Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini di akun media sosialnya.

(Baca: Setelah 1,5 Tahun, Sektor Tambang Akhirnya Tumbuh Lagi)

Dalam jangka pendek, menurut Chatib, permintaan masih lemah. Sebab, tren perlambatan investasi ini menunjukan bahwa permintaan terhadap barang memang masih lemah. “Solusinya adalah stimulus fiskal, bukan ekspansi moneter,” katanya. Artinya, belanja pemerintah lebih efektif ketimbang penurunan suku bunga untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.