Pertumbuhan ekonomi kuartal satu kemarin hanya 4,92 persen, di bawah perkiraan banyak lembaga keuangan termasuk Bank Indonesia. Namun pemerintah tetap optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,3 persen.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan target tersebut akan tercapai setidaknya ditopang oleh tiga faktor. Pertama, konsumsi rumah tangga masih baik sehingg mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. (Baca: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2016 Meleset di Bawah Target).
Belanja rumah tangga yang naik terbantu oleh pencairan gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil yang akan direalisasikan seminggu sebelum tahun ajaran baru atau Juli nanti. Selain itu, konsumsi juga didorong dengan guyuran Tunjangan Hari Raya (THR) PNS yang direncanakan keluar dua minggu sebelum lebaran.
Karenanya, Bambang yakin konsumsi rumah tangga tahun ini tumbuh 5,1 persen, membaik dibanding tahun lalu yang hanya 4,9 persen. “Karena gaji ke-13 didesain untuk membantu PNS menghadapi tahun ajaran baru. Begitu juga THR. Ini pasti menolong konsumsi,” kata Bambang di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Kamis, 2 Juni 2016.
Kedua, pemerintah berkomitmen memperbaiki penyerapan belanja termasuk daerah sehingga konsumsi pemerintah diproyeksi tumbuh 6,2 persen. Pemerintah pun menaikan proyeksi pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dari dua persen menjadi 6,2 persen, terutama menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2017 mendatang.
Ketiga, dari sisi investasi, swasta diyakini akan mengikuti langkah pemerintah untuk berekspansi setelah paket kebijakan ekonomi yang sampai satu lusin diimplementasikan. Dari sini, pemerintah menargetkan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 6,3 persen pada tahun ini. (Baca: Bank Dunia: Pertumbuhan Indonesia Tergantung Paket Ekonomi).
Sebagai informasi, PMTB merupakan pengeluaran untuk barang modal sebagai investasi seperti untuk bangunan, jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Sama seperti konsumsi rumah tangga, PMTB adalah pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara berdasar pengeluaran.
Komponen pembentuk PDB lainnya yakni ekspor dan impor yang diprediksi membaik dari tahun lalu yang terkontraksi sebesar dua persen dan 5,8 persen. Tahun ini, pemerintah lebih optimistis bahwa permintaan dunia akan membaik sehingga pertumbuhan keduanya ditarget 0,1 persen dan 0,4 persen. (Baca: Ditopang Tax Amnesty, Bambang Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tercapai).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua dan seterusnya bisa meningkat seiring dengan kenaikan investasi swasta. Hal ini seiring upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur.
Di sisi lain, Agus tak sepakat dengan anggapan bahwa minimnya minat swasta berekspansi lantaran khawatir diburu pajak ketika pemerintah menetapkan target yang besar. Sebab, saat ini swasta masih menunggu adanya kenaikan permintaan.
Meskipun masih optimistis ada perbaikan pertumbuhan di semester kedua, menurut dia ekonomi tahun ini kemungkinan hanya tumbuh 5 - 5,2 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi dunia yang masih berlangsung. Dampaknya, permintaan menurun sehingga ekspor Indonesia tertekan.
“Menurut kami pertumbuhan ekonomi kemungkinan bisa ke bawah (dari target 5 - 5,4 persen), dari batas tengah 5,2 persen ke lima persen,” kata Agus. (Lihat pula: Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia).