Bank Mandiri: Pertumbuhan Ekonomi 2016 Paling Tinggi Hanya 5 Persen

Donang Wahyu|KATADATA
Lalu lintas di kawasan bisnis Jakarta.
5/4/2016, 20.28 WIB

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan pesimistis perekonomian Indonesia bisa tumbuh di atas 5 persen tahun ini. Bank negara ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional paling maksimal hanya akan mencapai 5 persen.

Proyeksi Bank Mandiri lebih rendah dibandingkan perkiraan Bank Dunia, bahwa perekonomian Indonesia bisa tumbuh hingga 5,1 persen tahun ini. Bahkan, pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2016 menargetkan pertumbuhan sebesar 5,3 persen. (Baca: Dua Tahun Lagi, BI Perkirakan Ekonomi Bisa Tumbuh 6,5 Persen)

"Pertumbuhan lima persen saja kita harus happy, kalau itu tercapai," kata Kepala Ekonom Mandiri Anton Gunawan saat pemaparan makroekonomi Indonesia di kantornya, Jakarta, Selasa (5/4). 

Dia mengatakan tahun ini pertumbuhan ekonomi akan lebih banyak disumbang oleh investasi (penanaman modal). Baik dari pemerintah maupun swasta. Sedangkan konsumsi yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian, diperkirakan hanya tumbuh di bawah 5 persen. (Baca: Genjot Laju Ekonomi, Pemerintah Didorong Perlebar Utang)

Selain investasi, Anton juga berharap pertumbuhan ekonomi dapat terdorong oleh pengeluaran Pemerintah, utamanya dari belanja modal yang diarahkan untuk membangun infrastruktur. Anton mengatakan sejak tahun 2015 lalu hingga saat uni Pemerintah telah menggelontorkan anggaran bahkan hingga tiga kali lipat. "Ini akan menjadi daya dorong (pertumbuhan ekonomi) juga," ujarnya. 

Sementara Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo P. Rinaldy mengatakan sebenarnya saat ini Indonesia diuntungkan dengan adanya perlambatan ekonomi di beberapa negara, seperti Cina. Dengan demikian peluang dana masuk ke Indonesia cukup besar. (Baca: Indonesia Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Asia)

Meski begitu, dia mengingatkan baik pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan sektor swasta harus berjibaku memperbaiki kondisi fundamental agar investor portofolio tidak kembali kabur ketika kondisi di negara-negara lain membaik. "Yakinkan bahwa kondisi fundamental Indonesia bagus, jangan sampai kita yang ketinggalan ketika mereka recover," kata Leo.

Menurut Anton, BI cukup lambat dalam melakukan pelonggaran moneter. Padahal dampak dari hal ini baru akan terasa dalam rentang waktu delapan hingga delapan belas bulan kemudian terhadap perekonomian. "Jadi seharusnya BI pada bulan Agustus September seharusnya sudah memulai pelonggaran moneter," kata Anton. 

Mengenai nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Bank Mandiri memperkirakan tahun ini akan berada di kisaran Rp 13.400. Anton yakin BI masih menjaga daya saing rupiah, walaupun memperkirakannya nilai fundamental rupiah berada di kisaran Rp 12.800 hingga Rp 12.900 per dolar AS. (Baca: Rupiah Paling Terpukul Akibat Spekulasi Kenaikan Bunga The Fed)

Reporter: Ameidyo Daud Nasution