Sentuh Rp 13 Ribu per Dolar, BI Waspadai Penguatan Rupiah

Agus Martowardojo ----------------------- Arief Kamaludin|KATADATA
(Arief Kamaludin|KATADATA)
Penulis: Yura Syahrul
4/3/2016, 17.50 WIB

(Baca: Nasib Indonesia Dinilai Lebih Baik dari Negara Eksportir Komoditas)

Namun, BI akan terus memantau penguatan rupiah terkait dengan masih belum stabilnya kondisi ekonomi dunia. “Kami tetap hati-hati,” ujarnya. Menurut Agus, kondisi ekonomi dunia secara umum masih mengkhawatirkan. Berbagai upaya pemulihan berjalan sangat lambat, bahkan cenderung memburuk.

Kondisi tersebut diharapkan tidak mempengaruhi ekonomi di dalam negeri. Hingga saat ini, Agus menilai inflasi masih terkendali dan neraca perdagangan mulai pulih dari defisit. Hal ini membuka kesempatan bagi BI untuk melonggarkan kembali kebijakan moneternya melalui penurunan suku bunga acuan BI rate. Sekadar informasi, selama dua bulan pertama tahun ini BI memangkas BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 7 persen.

(Baca: Dampak Tren Bunga di Bawah Nol Persen bagi Perekonomian)

Di sisi lain, dalam risetnya bertanggal 4 Maret 2016, DBS Group Reserch mencatat, dana bersih investor asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi selama dua bulan pertama 2016 mencapai US$ 2,3 miliar atau setara dengan Rp 30,4 triliun. Jumlahnya sudah sekitar 40 persen dari total dana asing yang masuk sepanjang 2015.

Penguatan rupiah tersebut akan memberikan peluang bagi bank sentral untuk menurunkan kembali BI rate sebesar 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pekan depan. “Jika sentimen pasar tetap menguntungkan seperti ini, bukan tidak mungkin suku bunga akan turun lagi,” katanya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Yura Syahrul